REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mempertimbangkan untuk mengirim utusan ke Timur Tengah untuk membantu menyelesaikan konflik di Suriah. Rencana yang disampaikan pada Selasa (7/2) itu dilakukan setelah Cina dan Rusia memveto satu resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Beijing juga mengharapkan kunjungan menteri luar negeri Rusia ke Damaskus untuk langkah yang sama. Pengiriman utusan tersebut diharapkan akan membuahkan hasil, sementara Cina dan Rusia mendapatkan kecaman internasional atas veto tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Liu Wei Min, menyatakan, "Kami mengharapkan usaha-usaha penengahan pihak Rusia dapat memberikan hasil," tambahnya seperti diberitakan AFP, menjelang kunjungan Menlu Rusia Sergei Lavrov ke Damaskus. "Kami akan terus mendukung peran konstruktif dan positif yang dilakukan Liga Arab."
Resolusi Dewan Keamanan PBB pada Sabtu (4/2) atas Suriah dirancang untuk mendukung rencana Liga Arab guna menghentikan aksi kekerasan pemerintah Presiden Suriah. Sejumlah kelompok oposisi menyatakan, lebih dari 6.000 orang tewas akibat tindakan keras pemerintah. Dari seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, 13 negara menyetujui resolusi itu, Cina dan Rusia menolak.
Veto dua negara itu dilakukan beberapa jam setelah Dewan Nasional Suriah (SNC) melaporkan satu serangan di kota Homs, Suriah, yang menewaskan 230 warga sipil, Senin (6/2) malam oleh pasukan pemerintah. Tindakan itu segera mendapat kecaman internasional. Pihak oposisi Suriah mengatakan, Beijing dan Moskow memberi pemerintah Bashar al-Assaad satu 'izin untuk membunuh.'