REPUBLIKA.CO.ID, MALE (ANTARA/AFP) - Presiden terpilih pertama Maladewa mengundurkan diri pada Selasa (7/2). Pengunduran diri terseut dilakukan setelah pemberontakan polisi yang disebut sebagai satu usaha kudeta. Pengunduran diri presiden tersebut juga mengakhiri kebuntuan konflik politik selama tiga minggu di Maladewa.
"Akan lebih baik bagi negara dalam situasi sekarang jika saya mundur.Saya tidak ingin memerintah negara ini dengan tangan besi. Saya mengundurkan diri," kata Presiden Mohamed Nasheed dalam jumpa pers yang disiarkan televisi, selasa (7/2).
Para perwira polisi yang memberontak bergabung dengan protes-protes anti-pemerintah yang melanda ibu kota Male dalam tiga pekan belakangan ini. Mereka kemudian mengambil alih stasiun televisi pemerintah dan mulai menyiarkan satu saluran oposisi.
Juru bicara militer, Kolonel Abdul Raheem Abdul Latheef mengemukakan, pasukan menggunakan gas air mata dan peluru-peluru karet dalam bentrokan dengan para pemrotes dan polisi yang berkumpul di luar markas besar polisi di Male.
"Bentrokan-bentrokan yang sporadis dimulai Senin tengah malam dan berlanjut sampai pukul 08.00 waktu setempat (10.00 WIB)," kata Latheef.
Seorang pejabat kantor kepresidenan menyebut kerusuhan itu sebagai 'satu suaha kudeta' oleh mantan presiden Maumoon Abdul Gayoom, yang Nasheed kalahkan dalam pemerilihan presiden demokratis pertama tahun 2008.
Latheef menegaskan, tidak ada pengambilalihan kekuasaan oleh militer dan mengatakan Wakil Presiden Maohamed Waheed diperkirakan akan memangku jabatan presiden.