REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Veto Rusia dan Cina atas resolusi Suriah membuat Amerika Serikat (AS) kini menjadi was-was. AS khawatir Rusia akan melakukan skenario serupa untuk memveto dan menghalangi semua resolusi terhadap Iran.
Veto Rusia terhadap resolusi Suriah adalah bentuk pembelaan terang-terangan Moskow terhadap pemerintah
Bashar al-Assad. "Gagalnya resolusi Dewan Keamanan untuk Suriah ini jadi pelajaran di kemudian hari bagi gagalnya serangan terhadap Iran," kata pejabat PBB urusan luar negeri dan keamanan, Michael Doyle, Selasa (7/2).
AS dan Israel khawatir Rusia dan China memveto resolusi sanksi militer terhadap Iran. Ini seperti yang keduanya lakukan terhadap Suriah. Jika ini benar terjadi, maka Amerika Serikat dan Rusia dipastikan akan kembali pada perselisihan diplomasi yang lebih parah.
"AS perlu mengevaluasi kembali hubungan diplomasi yang baik dengan Rusia. Hal ini agar tidak berdampak pada veto terhadap Iran," kata profesor Universitas New York, Michael Oppenheimer.
Oppenheimer melihat kedekatan Iran dan Rusia menjadi sebuah ancaman bagi Amerika. Rusia mungkin akan melindungi Iran. Beberapa diplomat bahkan melihat ada tanda bahwa Turki atau negara-negara Arab lain bersatu atas nama kebangkitan Timur Tengah. Karenannya, AS diminta untuk berhati-hati dalam mengambil langkah.
Baru-baru ini Obama sepakat bahwa diplomasi tetap merupakan cara terbaik untuk membujuk Iran untuk mengubah arah program nuklirnya. Namun anehnya, Obama senin lalu menandatangani sanksi baru untuk menambah penderitaan Iran. Dia berharap Iran akan terpaksa menerima kembali negosiasi yang lebih serius.