REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Pemimpin kelompok militan Hizbullah Lebanon mengatakan jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran, maka negeri Mullah tersebut tidak akan meminta bantuan kelompoknya untuk melakukan serangan balasan.
Sheik Hassan Nasrallah mengatakan terkait serangan tersebut, kepemimpinannya akan bertemu dengan Iran dan memutuskan apa yang harus dilakukan. Hal itu disampaikannya kepada para pendukungnya melalui hubungan video.
Hizbullah yang didukung Iran telah bertentangan dengan Israel sejak 1982, ketika Israel menyerang Libanon. Israel menarik diri pada 2000.
Pada 2006, Hizbullah dan Israel terlibat perang selama 34 hari. Dari perang tersebut setidaknya menewaskan 1.200 warga Lebanon dan 160 di Israel. Hizbullah menembakkan hampir empat ribu roket ke Israel.
Banyak pihak ketakutan jika Israel benar-benar menyerang Iran. Karena, diperkirakan Hizbullah akan melepaskan rentetan roket ke Israel sebagai aksi balasan. Israel menganggap Iran merupakan negara yang paling berbahaya dan berjanji menghentikan upaya Iran untuk mengembangkan senjata nuklirnya.