REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu (8/2), mengatakan "Penting bagi Israel dan Palestina untuk tetap terlibat, mengajukan usul mengenai wilayah dan keamanan, dan membangun kepercayaan."
Sekretaris Jenderal PBB itu, yang baru saja kembali dari perjalanannya ke Timur Tengah, mengeluarkan pernyataan tersebut ketika ia berbicara kepada wartawan di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, setelah ia memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai perjalanannya ke Timur Tengah.
"Ini juga adalah saat kritis bagi proses perdamaian Timur Tengah," kata Ban. "Penting bagi Israel dan Palestina untuk tetap terlibat, mengajukan usul mengenai wilayah dan keamanan, serta membangun kepercayaan."
Sekjen PBB Ban menyatakan ia berbicara dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas melalui telepon pada Senin (6/2) mengenai kesepakatan yang ditandatangani di Qatar oleh gerakan Fatah dan pesaingnya, HAMAS.
Kesepakatan itu, yang disebut 'Deklarasi Doha', adalah babak upaya paling akhir oleh gerakan yang bertikai di Palestina untuk melaksanakan kesepakatan perujukan yang ditandatangani April tahun lalu.
Deklarasi tersebut menyerukan kepada Abbas untuk memimpin pemerintah peralihan bersatu bagi Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, demikian laporan Xinhua. Pemerintah baru Palestina itu direncanakan didirikan dalam waktu beberapa pekan ke depan, dengan Abbas sebagai perdana menteri.
HAMAS menang dalam pemilihan anggota parlemen pada 2006, tapi merebut Jalur Gaza melalui kekuatan setahun kemudian dan membuat Pemerintah Otonomi Nasional pimpinan Fatah terkungkung di Tepi Barat.
Pada Mei, HAMAS dan Fatah menandatangani kesepakatan perujukan yang diperantarai Mesir di ibu kota Mesir, Kairo. Berdasarkan kesepakatan itu, kedua gerakan Palestina tersebut sepakat untuk membentuk pemerintah peralihan yang terdiri atas kaum teknokrat.
Belakangan kedua faksi Palestina tersebut sepakat untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada Mei 2012. "Saya percaya perujukan Palestina dan perundingan dengan Israel tak perlu terpisah, tapi ada keraguan dan kekecewaan sangat besar di kedua pihak," kata Ban.
"Saya mendesak kedua pemimpin, Presiden Abbas dan Perdana Menteri (Israel) Benjamin Netanyahu agar mengakui perlunya untuk membangun kembali momentum," kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut.
"Isyarat i'tikad baik dan faksi positif di lapangan akan melewati jalan panjang menuju pembentukan panggung bagi kemajuan dalam perundingan," tambahnya lagi.
Perundingan perdamaian langsung yang diperantarai AS antara Israel dan Palestina macet pada Oktober 2010, empat pekan setelah dimulai. Kuartet Timur Tengah ingin Palestina dan Israel melanjutkan perundingan perdamaian sebelum tenggat 26 Januari.
Kuartet, yang terdiri atas Amerika Serikat, Uni Eropa, PBB dan Rusia, adalah kelompok diplomatik dalam upaya mencari penyelesaian dua negara, yang berarti Israel yang aman hidup dalam kedamaian dengan Negara Palestina merdeka.