REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Sanksi baru yang dijatuhkan AS, Uni Eropa dan negara-negara mulai berdampak pada perekonomian Iran. Menurut survei Reuters terhadap para pedagang komoditas di seluruh dunia, sejak awal tahun ini Iran mengalami kesulitan mengimpor bahan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, pakan ternak dan teh.
Mata uang Rial Iran jatuh hingga menyebabkan harga beras, roti dan daging di pasar-pasar Iran naik dua kali lipat dalam beberapa bulan terakhir. Para pedagang komoditas mengatakan sanksi tersebut merupakan malapetaka sehingga Iran kesulitan mengimpor dan menerima pembayaran untuk ekspor minyaknya.
Harga-harga kebutuhan pokok pun semakin meningkat. Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak pada Selasa (7/2) mencari alternatif sumber minyak selain Iran ke Timur Tengah. Perusahaan minyak Denmark AP Moller-Maersk mengatakan telah menghentikan transportasi minyak berupa karko dan tanker minyak Iran terkait sanksi Uni Eropa, Rabu (8/2).
Sementara para pedagang di Asia mengatakan ekspor kelapa sawit Malaysia dihentikan karena Iran kesulitan untuk membayar. Padahal, kelapa sawit adalah sumber konsumsi Iran untuk membuat margarin dan pangan. Pedagang di Malaysia mengatakan pengiriman minyak sawit di Iran sebagian besar telah dihentikan sejak akhir tahun lalu. Hal ini dilakukan karena sanksi AS dan Uni Eropa yang menyulitkan pembeli untuk memeroleh kredit dan melakukan pembayaran melalui perantara Uni Emirat Arab.
"Mereka mengatakan ini semua demi semangat persaudaraan muslim. Saya dengar ada permintaan 5000 ton pengiriman di bulan Februari atau Maret, tetapi tidak ada yang mau mengambil resiko itu sekarang,” kata seorang pedagang di Kuala Lumpur yang tak disebut namanya.
Namun, para pejabat Iran menyangkal sanksi memiliki dampak ekonomi yang serius. Mereka juga mengatakan warga Iran bersedia menanggung penderitaan untuk mendukung hak kedaulatan Iran untuk teknologi nuklir.
Kaum reformis Iran merencanakan unjuk rasa pada pekan depan. Ini menjadi ujian Ahmadinejad atas harga pangan melambung yang meningkatkan kemarahan di jalanan. Pemerintah Iran sukses menekan pemrotes, tetapi sejak Arab Spring terjadi, ini menjadi kerentanan negara Iran karena rakyat marah atas kesulitan ekonomi yang terjadi saat ini.