REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Cina mengumumkan telah mengirimkan utusan ke Iran, seiring dengan meningkatnya ketegangan program nuklit Republik Islam itu dan spekulasi tentang kemungkinan Israel melancarkan serangan militer terhadap fasilitis nuklir Teheran.
Israel dan sebagian masyarakat internasional percaya program pengayaan nuklir Iran merupakan kedok bagi program senjata rahasia. Sementara Cina, sekutu kunci dan mitra dagang utama, menentang sanksi terhadap Iran.
"Asisten menteri luar negeri Ma Zhaoxu akan berkunjung ke Iran pada 12-13 Februari untuk bertukar pandangan mengenai masalah ini," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Liu Weimin, Jumat (10/2)
"Dialog dan kerjasama adalah satu-satunya cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran," tambah Liu,
"Kami siap untuk bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencari awal dimulainya kembali pembicaraan antara negara-negara P-5 plus satu dan Iran," kata dia.
Liu merujuk ke lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Cina dan Rusia - dan Jerman, semua yang mendesak Teheran untuk meningkatkan transparansi dalam program nuklirnya.
Prihatin tentang kegiatan nuklir Iran, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan yang lain telah menjatuhkan sanksi terhadap industri minyak dan bank pusat Teheran.
Putaran terakhir dari langkah-langkah hukuman muncul setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada November mengatakan memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Iran telah melakukan kegiatan yang relevan dengan pengembangan piranti nuklir.
Liu mendesak Iran untuk meningkatkan kerjasamanya dengan IAEA, pengawas atom PBB. Hubungan ekonomi Beijing dengan Teheran telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, sebagian berkat penarikan perusahaan Barat sejalan dengan sanksi terhadap Iran.