REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Kerusuhan dan kekerasan terus berlangsung di Suriah. Suara ledakan terdengar menggema di berbagai sudut kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo. Sementara tank-tank tentara Suriah kembali memasuki kota Homs.
Rami Abdel Rahman, ketua Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan ada tiga ledakan. Satu di antaranya dekat satu gedung intelijen militer di utara kota itu.
Stasiun televisi pemerintah mengatakan dua ledakan terjadi dan melaporkan sejumlah korban termasuk tentara. Televisi itu menyalahkan serangan itu pada 'geng-geng teroris bersenjata'.
Sejumlah aksi protes di Aleppo, kota utama bisnis sebagian besar sejauh ini terhenti.
Di Suriah tengah, tank-tank menyerbu satu distrik di kota Homs sementara pasukan melancarkan pemeriksaan dari rumah ke rumah untuk menangkap para pemrotes Presiden Bashar al-Assad.
Inshaat dekat dengan pusat protes Baba Amr di Homs, yang jadi sasaran serangan pasukan pemerintah sejak Sabtu yang menewaskan 400 orang.
Aksi kekerasan meningkat menjelang satu protes nasional untuk mengecam dukungan Rusia pada pemerintah Bashar.
"Rusia membunuh anak-anak kami. Pesawat-pesawat, tank-tank dan vetonya membunuh anak-anak kami," kata satu tulisan di spanduk di halaman Facebook Revolusi 2011 Suriah.
Moskow, sekutu dekat Suriah bersama dengan Ciina kembali mengulangi tindakannya memveto usaha-usaha di PBB untuk memberlakukan satu resolusi yang mengecam pertumpahan darah di Suriah.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 6.000 orang tewas sejak kerusuhan menuntut mundur presiden Suriah Bashar al Assad pecah satu tahun lalu.
Pasukan berusaha menghancurkan lawan-lawan Bashar yang menewaskan setidakya 400 orang dalam serangan enam hari di kota Homs.