REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Pernyataan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan soal rencana ingin mencetak generasi religius memicu perdebatan keras. "Kami ingin membesarkan pemuda religius," kata dia seperti dikutip alarabiya.net, Jum'at (10/2).
Erdogan mengatakan, pihaknya tidak mungkin mencetak generasi ateis. Justru pihaknya mengharapkan lahirnya generasi konservatif yang merangkul nilai-nilai dan prinsip bangsa dalam balutan demokratis.
Ketua Partai Rakyat Republik Sekuler (CHP), Kemal Kilicdaroglu mengatakan, sungguh menyedihkan ada pihak yang ingin menjual agama untuk kepentingan suara. Menurutnya, apa yang dikatakan Erdogan merupakan usaha untuk menjadikan Turki sebagai negara konservatif dan agama.
"Anda ini seperti penjual agama," ketusnya.
Aktivis Liberal, Hasan Cemal tidak menginginkan anaknya dibesarkan dalam lingkungan agama dan konservatif. "Jika anda membesarkan generasi religius di sekolah, apa yang terjadi pada anak saya," tanya dia.
Kolumnis, Mehmet Ali Birand mengatakan apakah benar Turki akan mencetak generasi religius. Kalau benar, berarti Turki akan menjadi negara agama.
"Erdogan harus menjelaskan apa maksudnya. Hal ini bisa menjadi hal berbahaya dimana generasi agama akan berkelahi dengan generasi kafir," ucapnya.
Kekhawatiran
Semenjak Erdogan memerintah Turki, sejumlah kebijakan terkaitan dengan agama mengalami perubahan. Terakhir, Erdogan mengubah Undang-undang di mana lulusan sekolah agama mendapatkan kesempatan untuk mengakses setiap jurusan di universitas. Di masa lalu, mereka hanya mendapat akses terbatas pada sekolah teologi.
Birand menyatakan kekhawatirannya bahwa perubahan yang terjadi segera menuju pemberlakukan sensor pada siaran televisi. "Kita sudah lihat, Komisi Pengawas Pertelevisian Turki (RUTK) akan membatasi semua adegan ciuman. Selanjutnya, siaran televisi akan lebih banyak berisi tema keagamaan," ungkapnya.
Langkat berikutnya, kata Birand, akan lahir yayasan keagamaan. Lalu, kursus mengajar Alquran akan menjamur.