Selasa 14 Feb 2012 03:04 WIB

Pengungsi Suriah Hadapi Ekstremnya Hawa Dingin Yordania

Demonstrasi rakyat Suriah
Demonstrasi rakyat Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Pengungsi asal Suriah banyak memasuki sejumlah negara di sekitarnya, Lebanon, bahkan Yordania. Mereka mengungsi dari konflik dan kerusuhan yang terjadi di negaranya akibat kekerasan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Saat ini, mereka menghadapi ekstremnya hawa dingin di pegunungan Yordania.

Para pengungsi itu menempati posko di Mafraq dan Ramtha, di perbatasan Suriah-Yordania. Mereka umumnya perempuan, anak-anak, dan lanjut usia. Yordania membangun shelter di Mafraq, sekitar sembilan kilometer dari perbatasan Suriah. Di sana, dapat menampung 1.200 pengungsi Suriah untuk tahap awal.

Di lokasi itu ada sekelompok badan penyelamatan dari Yordania. Upaya bantuan itu pun jadi bahasan antara badan penyelamat setempat dengan Bulan Sabit Merah dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk meningkatkan bantuan dan perlindungan bagi para pengungsi.

"Mereka membutuhkan makanan dan obat-obatan, tapi yang utama seharusnya diberikan tempat perlindungan saat ini dari udara dingin di kawasan pegunungan. Suhunya saat ini di bawah nol derajat di malam hari dan delapan celsius di siang hari," kata Fahad Abdul Rahman bin Sultan, kepala delegasi Bulan Sabit Merah UEA di Yordania, Senin (13/2) seperti diberitakan kantor berita UEA, WAM.

Badan ini juga mendorong kemitraannya dengan PBB, termasuk UNICEF, UNHCR, dan badan bantuan dunia lainnya untuk memperbaiki kondisi kehidupan para pengungsi di shelter yang ada. Berbagai upaya dikerahkan dari lokal, kawasan, dan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement