REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Seorang personel Angkatan Udara Inggris tewas dalam serangan penembakan di Afghanistan, Senin (13/2). Prajurit tersebut merupakan ke-398 yang tewas sejak misi militer Inggris dimulai pada 2001.
"Penerbang dari Resimen Angkatan Udara Kerajaan itu tewas ketika sedang melakukan patroli yang bertujuan membangun kontak dengan penduduk di distrik Nad-e Ali di provinsi Helmand," kata juru bicara Kementerian PErtahanan Inggris, Letkol Gordon Mackenzie, sebagaimana dilansir AFP, Selasa (13/2).
Inggris menempatkan sekitar 9.500 prajurit di Afghanistan, sebagian besar di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, dimana mereka memerangi gerilyawan Taliban. Inggris berniat menarik seluruh pasukan tempurnya dari negara itu sebelum 2015.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah menyepakati semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Gerilyawan Taliban meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi pada 2010 ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Berdasarkan situs independen icasualties.org, sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.