Kamis 16 Feb 2012 07:04 WIB

Iran Pangkas Ekspor ke Enam Negara, Minyak Dunia Melonjak

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Harga minyak dunia kembali melonjak hari ini, Kamis (16/2). Lonjakan itu tersjadi setelah Iran memperingatkan kemungkinan menangguhkan ekspor minyak mentah ke enam negara Uni Eropa di tengah meningkatnya ketegangan tentang program nuklir Teheran.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 1,06 dolar AS menjadi ditutup pada 101,80 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April menetap di 118,93 dolar AS per barel, naik 1,58 dolar AS dari tingkat penutupan Selasa (14/2).

Pasar terutama terpaku pada kekhawatiran tentang Iran. "Pagi ini, kami punya berita tentang Iran memotong ekspor ke (enam) negara Eropa. Tampaknya menjadi pendorong utama pasar," kata Tom Bentz dari BNP Paribas.

Kemarin, Iran menyatakan pihaknya sedang mempertimbangkan pemotongan penjualan minyak ke enam negara Uni Eropa, tetapi tidak akan melakukannya pada saat ini. Sementara para pejabat Eropa tak gentar, mengatakan mereka sedang mencari pemasok lain.

Lembaga penyiaran nasional Iran, IRIB melaporkan di situsnya bahwa duta besar Prancis, Yunani, Italia, Belanda, Portugal dan Spanyol dipanggil ke kementerian luar negeri di Teheran dan memperingatkan bahwa Iran akan merevisi penjualan minyaknya ke negara-negara tersebut.

Peringatan itu adalah pembalasan dari larangan Uni Eropa pada impor minyak Iran secara bertahap hingga kontrak berakhir 1 Juli. 

Komisi Eropa mengatakan sekalipun jika Iran memotong penjualan kepada Uni Eropa, itu akan membuat sedikit perbedaan karena pembeli Uni Eropa sudah mengalihkan pemasok.

Harga juga mendapat beberapa dukungan setelah Departemen Energi AS melaporkan stok minyak mentah AS merosot 200.000 barel dalam pekan yang berakhir 10 Februari, menunjukkan penguatan permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu.Pasar memperkirakan untuk lonjakan 1,3 juta barel, menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement