REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Sanksi terhadap Iran telah memukul produksi minyak di Republik Islam tersebut. Berdasarkan laman oilandgasnewsworldwide, Senin (20/2), penurunan dalam produksi dan transaksi ekspor minyak Iran mengalami penurunan dengan cepat.
Analis industri minyak memperkirakan produksi minyak Iran akan turun 9 persen tahun ini menjadi rata-rata sekitar 3,3 juta barel perhari (bph).
Konsultan JBC Energi yang berbasis di Wina mengatakan, produksi minyak Iran telah jatuh selama dua tahun terakhir menjadi 250 ribu bph atau 6,6 persen. Iran bisa kehilangan lebih dari 300 ribu bph tahun ini dan 200 ribu bph pada 2013.
Produksi ladang minyak secara alami menurun dari waktu ke waktu, mulai dari 5 persen hingga 10 persen pertahun. Jumlah itu bisa ditekan jika ada investasi besar untuk meningkatkan pemulihan.
"Produksi minyak akan menurun secara alami. Hal ini akan diikuti penurunan ekspor dan saham," kata Direktur Utama JBC Energy Johannes Benigni.
Analis energi yang berbasis di Uni Emirat Arab, Robin Mills memproyeksikan sedikit penurunan dalam produksi Iran karena investasi yang tidak cukup ditambah lagi dengan sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.
Harga minyak di Asia melonjak ke level tertinggi dalam sembilan bulan hingga mendekati 105 dolar AS perbarel setelah Iran menghentikan ekspor minyak mentah ke Inggris dan Perancis akibat program nuklirnya.
Harga minyak mentah naik 1,75 dolar AS menjadi 104,99 dolar AS perbarel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange tengah hari waktu Singapura. Minyak mentah Brent naik 1,52 dolar AS naik menjadi 121,10 dolar AS perbarel di London. Perusahaan finansial di Wall Street, JP Morgan memperkirakan kenaikan minyak mentah Brent akan menyentuh angka tertinggi 135 dolar.
Kementerian Minyak Iran mengatakan pada Ahad menghentikan pengiriman minyak mentah ke Inggris dan Perancis setelah Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada ekspor bahan bakar Iran. Sanksi lain termasuk membekukan aset bank sentral Iran. Embargo minyak akan dimulai pada Juli.
Sanksi Uni Eropa yang didukung oleh AS adalah bagian dari upaya Barat untuk menggagalkan program nuklir Iran yang dikhawatirkan Barat bertujuan untuk mengembangkan senjata. Iran membantah tuduhan tersebut dan mengatakan programnya adalah untuk tujuan damai. Harga minyak juga didorong oleh keputusan Cina untuk meningkatkan jumlah peredaran uang dalam upaya untuk memacu pinjaman dan pertumbuhan ekonomi.