REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Barat mendukung pemberontak Suriah untuk memicu perang sipil di negara yang dilanda kekerasan itu. Tuduhan itu termuat dalam media-media Cina, sebagai bentuk pmbelaan terhadap keputusan Beijing untuk memveto resolusi PBB.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk tindakan keras Presiden Suriah Bashar al-Assad pada demonstran, akan memojokkan Damaskus dan menyebabkan kekerasan menjadi lebih buruk, kata satu komentar di halaman depan Harian Rakyat.
"Jika negara-negara Barat terus mendukung penuh pasukan oposisi Suriah karena mereka tampaknya akan lakukan sekarang, maka pada akhirnya bisa terjadi perang saudara skala besar akan meletus," kata penulis, Qu Xing, direktur Institut Studi Internasional Cina.
Jika ini terjadi, maka kemungkinan intervensi asing bersenjata tidak akan dapat dihindari.
Cina, yang telah dua kali bergabung dengan Rusia dalam memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk tindakan keras rezim Damaskus, mengatakan penting sekali ketenangan dipulihkan secepat mungkin", kata laporan televisi pemerintah.
Cina dan Rusia telah menghadapi rentetan kritik untuk pemblokiran terbaru Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk tindakan keras berdarah di Suriah, termasuk dari negara-negara Arab yang biasanya memiliki hubungan baik dengan Beijing.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Cina, Zhai Jun melakukan kunjungan ke Damaskus untuk perundingan dengan Assad di mana ia menyerukan semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan pemilu agar dilanjutkan.
Tapi Zhai, yang kunjungannya bertepatan dengan beberapa kekerasan terburuk sampai saat ini di kota titik nyala Homs, mengatakan bahwa Beijing menentang intervensi bersenjata dan pemaksaan terhadap pergantian rezim di Suriah.
Lebih dari 6.000 orang tewas dalam hampir setahun pergolakan di Suriah, pada saat rezim garis keras Assad berusaha untuk memadamkan pemberontakan yang dimulai dengan protes damai Maret 2011 di tengah "Musim Semi Arab".