REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS - Personil militer cadangan Amerika Serikat (AS) yang pulang dari perang Irak dan Afghanistan bingung mencari pekerjaan. Para tentara cadangan ini bahkan seringkali menghadapi diskriminasi pekerjaan oleh pemerintah federal.
Seorang pasukan cadangan Angkatan Darat, Michael Silva menyampaikan keluhannya mengenai sikap diskriminasi ini. "Di satu sisi, pemerintah meminta saya untuk melayani di Irak namun setelah itu diperlakukan seperti ini," ujarnya dalam Presstv, Senin (20/2).
Pemerintah federal telah menarik diri untuk memperkerjakan tentara cadangan yang gagal atau dibebaskan lebih cepat dengan resiko tertentu. Padahal, konstitusi AS melarang diskriminasi, dan pengusaha tidak diperbolehkan untuk memecat mereka karena alasan tentara cadangan.
Diperkirakan alasan panggilan tugas sewaktu-waktu membuat pemerintah federal dan para pengusaha semakin enggan untuk merekrut tentara cadangan sebagai karyawan.
Hal itu seperti yang dialami Michael Silva, pasukan cadangan yang memimpin sebuah brigade di Irak. Ia dipecat dari pekerjaannya dari kantor Bea Cukai AS dan kontraktor Patroli Perbatasan saat kembali.
Kasus Silva ini adalah satu dari ribuan diskriminasi yang dilakukan perusahaan AS terhadap tentara cadangan. Banyak veteran AS menderita pengangguran dan sebagian besar dari mereka bergantung pada bantuan pemerintah dan handout untuk hidup.
Saat ini 123.000 dari 855.000 individu yang berfungsi sebagai personil militer dipekerjakan oleh pemerintah federal. Menurut Biro statistik tenaga kerja, pengangguran untuk veteran yang bertempur di Irak dan Afghanistan lebih tinggi dari rata-rata nasional.