Senin 20 Feb 2012 18:41 WIB

Harga Minyak Mentah Brent Melambung, Tertinggi dalam Delapan Bulan

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA  - Harga minyak mentah Brent North Sea mencapai tingkat tinggi dalam delapan bulan di perdagangan Asia Senin (20/2), setelah Iran menghentikan penjualan minyaknya ke Perancis dan Inggris dalam apa yang analis katakan sebagai suatu permainan 'political brinkmanship'.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April melonjak 1,52 dolar AS per barel ke posisi 121,10 dolar pada perdagangan pagi. Sementara kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) penyerahan Maret naik 1,70 dolar menjadi 104,94 dolar AS per barel.

"Minyak di awal pekan pada posisi tinggi dalam delapan bulan karena Iran melanjutkan 'political brinkmanship'-nya," kata Justin Harper, kepala Riset pada IG Markets Singapore.

Kementerian perminyakan Iran hari Minggu mengumumkan bahwa pihaknya menghentikan penjualan minyak terbatasnya ke Prancis dan Inggris sebagai tindakan balasan atas langkah Uni Eropa yang menerapkan larangan terhadap minyak Iran.

Keputusan tersebut diperkirakan belum berdampak besar karena Prancis tahun lalu membeli hanya tiga persen minyaknya - 58.000 barel per hari - dari Teheran, sementara Inggris diyakini belum lama mengimpor minyak Iran.

Tetapi langkah Iran itu nampaknya sebagai suatu peringatan bagi negara-negara Uni Eropa lainnya yang sebagian besar tergantung pada minyak impor dari republik Islam itu termasuk Italia, Spanyol dan Yunani.

Larangan Uni Eropa atas impor minyak mentah Iran merupakan bagian dari sederetan sanksi ekonomi yang dimaksudkan agar Iran menghentikan program nuklirnya, di mana kekhawatiran Barat bahwa program itu untuk mendorong senjata atomnya.

Iran, yang menyatakan bahwa program nuklirnya sepenuhnya untuk perdamaian, telah mengancam untuk beberapa pekan mengurangi seluruh ekspor minyaknya ke Eropa karena adanya larangan yang diterapkan Uni Eropa.

Penghentian seluruh ekspornya ke Uni Eropa akan merugikan ekonominya kecuali Iran telah mempunyai para pembeli Asia yang siap melakukan kontrak.

"Sementara pentargetan negara-negara Eropa di mana merupakan spekulasi Iran belum dapat menemukan para pembeli yang cukup dari minyaknya," kata Harper.

"Langkah ini dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi dari produsen minyak terbesar ke empat dunia itu," katanya.

Iran memompa sekitar 3,5 juta barel minyak mentah per hari, di mana sekitar 2,5 juta barel diantaranya diekspor.

sumber : ANTARA/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement