Senin 20 Feb 2012 20:59 WIB

Iran 'Lempeng', Pejabat AS Mulai Pesimis Sanksi Berhasil

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad bersama tengah mengunjungi fasilitas nuklir bersama ilmuwan
Foto: AP
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad bersama tengah mengunjungi fasilitas nuklir bersama ilmuwan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Para pajabat, pemeran kunci dalam pemerintahan Obama kian meyakini bahwa sanksi tak akan menggentarkan Teheran dari tujuan mewujudkan program nuklir. Mereka juga meyakini bahwa AS mau tak mau hanya diberi pilihan untuk menyerang Iran atau meyaksikan Israel melakukan itu.

Presiden membuat pernyataan jelas di depan publik, dan diam-diam kepada Israel bahwa ia berkehendak memberi waktu untuk kebijakan sanksi, mulai dari blokade keuangan dan embargo minyak oleh Eropa. Tujuan untuk memperparah kondisi ekonomi Iran yang sudah tertekan.

Namun kini muncul arus opini dalam pemerintahan--termasuk Pentagon dan departemen luar negeri--yang meyakini sanksi mulai blunder dan menunjukkan tanda-tanda kegagalan. Kini yang mereka lakukan adalah menahan Israel meluncurkan aksi dan juga meyakinkan kembali Eropa bahwa searangan akan dilakukan setelah pemeriksaan dan pengujian dilakukan terhadap hal-hal yang diperlukan.

"Gedung Putih ingin sanksi bekerja. Ini bukan Gedung Putih-nya Bush. Pemerintahan ini tidak membutuhkan satu konflik lagi," ujar satu pejabat yang berkecimpung di kebijakan Timur Tengah.

"Masalahnya orang-orang di Teheran bersikap seolah-olah sanksi tidak masalah, terlihat ekonomi tidak lantas runtuh, seperti Israel tak akan berbuat apa-apa."

"Sanksi, adalah semua yang kami punya untuk masalah ini. Jika gagal, maka sulit untuk menyaksikan kami tidak mengambil pilihan ekstrem," imbuhnya.

Gedung Putih pun berulang kali mengulang pernyataan bahwa semua pilihan tersedia di atas meja, termasuk menggunakan kekuatan militer demi mencegah Iran membangun senjata nuklir. Namun untuk saat ini, titik tekan mereka ialah pada diplomasi dan sanksi.

Namun keraguan lama di kalangan pejabat AS apakah Iran dapat dirayu dan dibujuk untuk negosiasi serius diperkuat oleh peristiwa terakhir. "Kami tidak melihat kemajuan," ujar seorang pejabat. "Rekaman menunjukkan bahwa tak ada yang bisa diperbuat lagi."

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement