REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM - Gerilyawan di Darfur, Sudan menyatakan telah membebaskan 49 prajurit penjaga perdamaian internasional yang ditangkap sehari sebelumnya, namun tetap menahan tiga orang Sudan, Senin (20/2).
"Kami membebaskan prajurit-prajurit penjaga perdamaian itu karena penyelidikan kami memastikan bahwa mereka datang ke daerah kami tanpa mengetahui bahwa itu wilayah kekuasaan kami," kata juru bicara kelompok Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) Gibril Adam Bilal kepada AFP, Selasa (21/2).
Ia menyatakan, JEM masih menahan tiga orang Sudan yang semula dicurigai sebagai agen-agen keamanan pemerintah, untuk mengetahui apa yang mereka lakukan bersama pasukan penjaga perdamaian itu.
"Jika penyelidikan memastikan bahwa mereka bukan anggota keamanan, maka kami akan segera membebaskan mereka," katanya.
JEM menangkap anggota-anggota misi penjaga perdamaian PBB-Uni Afrika (UNAMID) yang sebagian besar orang Senegal, Ahad (19/2), bersama ketiga orang Sudan itu.
Seorang pejabat penerangan umum UNAMID mengatakan, ketiga orang sipil itu bekerja untuk misi penjaga perdamaian, bukan untuk pemerintah.
"Mereka bukan mata-mata," katanya. Ia menyebut jumlah prajurit penjaga perdamaian itu 55 dan dapat bergerak namun berusaha membebaskan orang-orang sipil yang bersama mereka.
Sebelumnya Bilal mengatakan, pasukan itu ditangkap karena memasuki wilayah yang dikuasai JEM.
Ia menambahkan, gerilyawan menangkap mereka untuk mengetahui mengapa mereka memasuki wilayah itu, dan menyelidiki ketiga orang Sudan itu karena kami berpendapat mereka anggota badan keamanan dan intelijen Sudan.
Ke-49 prajurit itu terdiri dari 46 orang Senegal, termasuk dua perwira, dan tiga orang yang masing-masing dari Yaman, Ghana dan Rwanda.
JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat.
JEM menolak menandatangani perjanjian perdamaian yang ditengahi Qatar dan ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJR), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur.
Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.