Selasa 21 Feb 2012 06:51 WIB

Pasca-Iran Stop Keran Ekspor, Harga Minyak Terus Meroket

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Harga minyak mencapai posisi tertinggi sembilan bulan pada Senin, setelah Iran menghentikan penjualan ke Prancis dan Inggris, dan Cina memperlonggar kebijakan kredit di tengah harapan kesepakatan dana talangan untuk Yunani, kata analis.

Kontrak Brent dan New York mencapai 121,15 dolar AS dan 105,44 dolar AS per barel di awal perdagangan Senin -- tingkat tertinggi sejak 5 Mei 2011.

Dalam transaksi akhir di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April mencapai 120,14 dolar AS per barel, naik 56 sen dibandingkan dengan tingkat penutupan Jumat.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret, melonjak 1,84 dolar AS menjadi 105,08 dolar AS.

"Keputusan Iran untuk menghentikan ekspor minyak ke Prancis dan Inggris sering dikutip hari ini sebagai alasan untuk kenaikan harga," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

"Namun demikian, sejak ekspor minyak Iran untuk kedua negara ini hampir ditiadakan, berita tersebut mungkin hanya memiliki efek psikologis, memicu ketidakpastian di pasar minyak," kata Fritsch.

"Fakta bahwa menteri keuangan Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui bantuan lebih lanjut untuk Yunani malam ini, ditambah penurunan persyaratan rasio cadangan untuk bank-bank di China, menyediakan pasar keuangan dengan 'latar belakang kebisingan' positif."

Kementerian minyak Iran pada Minggu mengumumkan bahwa ia menghentikan penjualan minyak terbatasnya kepada Prancis dan Inggris sebagai balasan atas larangan bertahap Uni Eropa pada impor minyaknya, yang belum berlaku penuh.

Keputusan itu diperkirakan tidak memiliki dampak besar karena Prancis tahun lalu membeli hanya tiga persen dari minyaknya -- 58.000 barel per hari -- dari Teheran, sementara Inggris diyakini tidak lagi mengimpor minyak Iran sama sekali.

Tetapi itu dipandang sebagai tembakan peringatan ke negara-negara Uni Eropa lainnya yang sebagian besar tergantung pada impor minyak mentah dari republik Islam tersebut, termasuk Italia, Spanyol dan Yunani.

Teheran, Senin, menegaskan bahwa pihaknya akan memangkas ekspor minyak ke negara-negara Uni Eropa lebih jika mereka tetap "bermusuhan."

Ekspor ke Spanyol, Yunani, Italia, Portugal, Jerman dan Belanda akan dihentikan, deputi menteri minyak Ahmad Qalebani mengatakan seperti dikutip oleh kantor berita Mehr.

"Tentu saja jika tindakan-tindakan permusuhan dari beberapa negara Eropa berlanjut, ekspor minyak ke negara-negara itu akan dipotong," kata Qalebani, yang mengelola Perusahaan Minyak Nasional Iran.

Dia menambahkan: "Dalam situasi pasar saat ini, harga per barel (minyak) mungkin akan mencapai 150 dolar AS." Para analis mengatakan, langkah untuk memotong ekspor ke Inggris dan Prancis sebagian besar simbolis.

"Ini langkah terbaru Iran tidak mendorong kenaikan harga karena itu akan mengakibatkan kekurangan bahan bakar di Inggris dan Prancis, kenaikan harga lebih merupakan refleksi dari kekhawatiran tentang eskalasi ketegangan antara Iran dan Barat," kata Caroline Bain, analis komoditas di kelompok riset Economist Intelligence Unit.

Iran memproduksi 3,5 juta barel per hari, yang 2,5 juta barel di antaranya diekspor, membuatnya sebagai produsen minyak keempat terbesar di dunia.

Pedagang minyak juga bereaksi terhadap berita akhir pekan bahwa bank sentral China memutuskan untuk memotongpersyaratan rasio cadangan bank umum sebesar 0,50 persentase poin mulai 24 Februari untuk mengurangi pembatasan pada pinjaman.

Pengurangan oleh bank sentral China dalam jumlah uang yang bank harus pertahankan dalam cadangan akan membawa rasio untuk bank-bank besar menjadi 20,5 persen, efektif meningkatkan jumlah yang mereka dapat pinjamkan, kantor berita Xinhua melaporkan.

Sementara itu, ada tanda-tanda yang berkembang bahwa dana talangn baru untuk Yunani bisa diselesaikan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement