REPUBLIKA.CO.ID, Sikap Republik Islam Iran yang menentukan syarat penandatanganan kontrak jangka panjang minyak kepada Eropa menuai reaksi luas di media massa internasional. Di sisi lain, kalangan internasional takjub dengan tingginya pasar minyak Iran di tingkat dunia.
Pekan lalu sejumlah media menyatakan bahwa Iran sejak bulan ini memutus ekspor minyaknya ke Belanda dan Perancis. Adapun terhadap Spanyol, Italia, Yunani dan Portugal memberi ultimatum kepada mereka untuk menandatangani kontrak pembelian minyak jangka panjang, jika tidak maka Tehran akan menghentikan penjualan minyaknya kepada mereka.
Ultimatum ini disampaikan Iran dengan memanggil duta besar keenam negara Eropa melalui Departemen Luar Negeri. Menteri Energi dan Perminyakan Iran, Rostam Qasemi pada 4 Februari lalu mengkonfirmasikan keputusan Teheran untuk menghentikan ekspor minyak ke negara-negara yang menjatuhkan sanksi minyak Iran.
Situs Eurasiareview terkait hal ini menulis, dengan dihentikannya ekspor minyak dari Iran ke Eropa maka krisis energi di benua ini semakin parah.
Artikel yang dimuat situs ini mengisyaratkan ancaman Menteri Energi dan Perminyakan Iran, Rostam Qasemi terkait kemungkinan penghentian penjualan minyak ke negara Eropa.
Artikel tersebut menyebutkan, Qasemi menandaskan bahwa sanksi anti minyak Iran akan merugikan negara Eropa karena Teheran memiliki pembeli lain yang cukup banyak. Menurut artikel ini, Iran dengan dalih rasa kemanusiaan tidak menghentikan penjualan minyak ke Eropa di musim dingin.
Terkait pernyataan Qasemi, menteri energi Iran menekankan bahwa negara yang memusuhi Iran akan dimasukkan ke list hitam di bidang industri perminyakan Republik Islam Iran.
Koran India Today menulis, setelah Republik Islam Iran mengancam menghentikan ekspor minyaknya ke sejumlah negara Eropa, harga minyak di pasar dunia meningkat drastis dan mencatat rekor dalam lima pekan terakhir.
Harga minyak AS naik lebih dari satu dolar dan harga minyak mentah Brent North Sea mencapai tingkat tinggi dalam delapan bulan di perdagangan Asia Senin (20/2), setelah Iran menghentikan penjualan minyaknya ke Perancis dan Inggris dalam apa yang analis katakan sebagai suatu permainan 'political brinkmanship'.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April melonjak 1,52 dolar AS per barel ke posisi 121,10 dolar pada perdagangan pagi. Sementara kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) penyerahan Maret naik 1,70 dolar menjadi 104,94 dolar AS per barel.
Koran India Today menambahkan, penghentian penjualan minyak mentah Iran ke Eropa berarti kilang-kilang minyak Eropa harus mencari sumber baru. Keputusan Iran ini dikeluarkan setelah Uni Eropa mengumumkan pemberlakuan sanksi anti-minyak Iran enam bulan ke depan.
Uni Eropa memutuskan bahwa sanksi ini akan diberlakukan mulai Juli mendatang dengan harapan mampu melakukan sejumlah perbaikan di kilang minyaknya dan mencari pihak alternatif untuk menyuplai kebutuhan minyaknya.
Menurut koran ini, sikap Iran tersebut memaksa negara Eropa untuk cepat bertindak dan mengantisipasi dampak negatifnya. Hal ini mau tidak mau akan meningkatkan jumlah permintaan minyak mereka.
Menurut sumber ini, media massa Iran menyatakan, Tehran memutus ekspor minyak ke Perancis dan Belanda serta memberi ultimatum kepada Italia, Spanyol, Yunani dan Portugal untuk secapatnya menandatangani kontrak jangka panjang pembelian minyak Irak, jika tidak penjualan minyak kepada mereka akan dihentikan.