REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Bentrokan sengit antara dua suku di gurun terpencil tenggara Libya telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam 10 hari terakhir. Sedikitnya 113 orang dari suku Toubu dan 20 dari suku Zwai telah tewas di kota gurun Kufra sejak pertempuran meletus di sana antara dua suku pada 12 Februari. Demikian kata kepala Suku Toubu Isaa Abdelmajid kepada AFP, Selasa (21/2).
Pasukan pemerintah Libya akan melakukan intervensi jika bentrokan antar-suku yang berseteru demi penguasaan daerah di ujung tenggara negara itu tidak berhenti.
Bentrokan-bentrokan senjata sekitar 10 hari lalu di kota Al Kufra dan kini terus berlangsung, menandakan tantangan bagi kebijakan gurun yang penduduknya jarang. Belasan orang tewas.
Aksi kekerasan itu terjadi saat Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkuasa sedang berusaha menegakkan kekuasaannya di seluruh Libya sementara milisi-milisi yang bersaing dan kelompok-kelompok suku berebut bagi kekuasaan dan sumber-sumber alam setelah Muamar Gaddafi jatuh.
Pria-pria bersenjata dari suku Zwai terlibat bentrokan senjata dengan para petempur dari kelompok etnik Tibu yang dipimpin Isa Abdul Majid, yang mereka tuduh menyerang Kufra dengan didukung orang-orang bayaran dari Chad.
Akan tetapi Tibu, mengatakan merekalah yang terlebih dulu diserang.
Berbicara dengan Reuters, panglima angkatan bersenjata Yousef al-Mangoush mengatakan satu perjanjian antara kedua pihak dicapai, Ahad (19/2), tetapi bentrokan-bentrokan lebih seru justru terjadi satu hari berikutnya.
"Kementerian pertahanan dan militer memperingatkan bahwa jika pertempuran tidak berhenti, akan ada intervesi militer yang menentukan untuk menghentikan bentrokan-bentrokan itu," katanya.