Rabu 22 Feb 2012 14:00 WIB

Sebelum Diserang, Iran akan Serang Terlebih Dahulu

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, Wakil kepala angkatan bersenjata Iran yang dikutip pada Selasa (21/2) mengatakan Iran akan mengambil tindakan pencegahan terhadap musuh-musuhnya jika merasa kepentingan nasionalnya terancam.

"Strategi kami sekarang jika musuh membahayakan kepentingan nasional Iran, dan ingin memutuskan untuk melakukan perang, kita akan bertindak tanpa menunggu tindakan mereka," kata Mohammad Hejazi kepada kantor berita Fars.

Gedung Putih mengatakan masih ada waktu untuk diplomasi. "Israel dan Amerika Serikat berbagi tujuan yang sama, yaitu untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.

Hal itu disampaikan ketika ditanya saat kunjungan ke Israel  bersama Penasihat Keamanan Nasional Tom Donilon. "Ada waktu dan ruang bagi diplomasi untuk mengubah perilaku Iran," katanya menegaskan.

Sebelumnya, Badan Energi Atom Internasional PBB gagal mencapai kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklir. IAEA dilarang otoritas setempat untuk memasuki sebuah situs pengayaan uranium yang terletak di Teheran.

"Selama putaran pertama dan kedua diskusi, tim pemeriksa meminta akses ke situs militer di Parchin, namun Iran tidak memberikan izin mengunjungi tempat tersebut," kata tim IAEA setelah dua hari pembicaraan di Teheran pada 20-21 Februari.

IAEA curiga bahwa Parchin menjadi tempat pengujian peledak terkait senjata nuklir dalam beberapa tahun terakhir. "Mengecewakan karena Iran tidak menerima permintaan kami untuk mengunjungi Parchin. Kami semangat secara konstruktif, tetapi kesepakatan tidak tercapai," kata Direktur Umum IAEA Yukiya Amano dalam pernyataannya.

IAEA mengatakan upaya intensif  telah dilakukan untuk mencapai kesepakatan dan mengklarifikasi masalah yang belum terselesaikan sehubungan dengan program nuklir Iran. "Sayangnya, kesepakatan tidak dicapai," katanya.

Gagalnya misi IAEA dapat berdampak pada kemungkinan dimulainya perundingan nuklir yang lebih luas antara Iran dan negara tetap Dewan Keamanan PBB G5+ 1. Namun demikian, Tim IAEA akan merilis laporan hasil dari kunjungan tersebut. Laporan itu diperkirakan bakal rampung akhir Februari ini.

Pada November 2011, IAEA menyebut Iran melakukan sejumlah tes bahan peledak tinggi untuk mengembangkan peralatan peledak nuklir. Menurut mereka, Iran pada tahun 2000 telah merancang kekuatan hingga 70 kilogram (154pon) bahan peledak tinggi di Parchin. IAEA sempat mengunjungi situs tersebut dua kali pada 2005 dan peledak diyakini ditempatkan pada kamar uji di situs tersebut.

Sebelumnya, Barat mengungkapkan optimisme terhadap prospek pembicaraan baru, terutama setelah Iran mengirim surat kepada kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton. Surat berisi janji Iran untuk melakukan inisiatif baru tanpa prasyarat.

Iran menolak tuduhan barat bahwa program nuklirnya adalah upaya terselubung untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir. Amerika Serikat (AS) dan Israel tidak mengesampingkan menggunakan kekuatan militer terhadap Iran jika aksi diplomatik dan sanksi tak membuat Iran menghentikan pengembangan bom nuklir. AS dan Eropa memutuskan untuk memperketat sanksi terhadap Iran, termasuk melakukan tindakan menyasar industri minyak negara itu.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement