REPUBLIKA.CO.ID, JALALABAD - Serangan helikopter NATO di Provinsi Nangarhar, Afghanistan timur kembali mencederai warga sipil. Insiden penyerangan kali ini melukai sembilan siswi kata pejabat Afghanistan pada Rabu (22/1). Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO menyatakan mengaji tuduhan itu, tapi belum memiliki keterangan.
"Pada pagi ini, satu sekolah diserang helikopter NATO. Sembilan anak-anak, semua perempuan, dan petugas kebersihan sekolah luka," kata Ahmad Zia Abdulzai, juru bicara pemerintah Provinsi Nangarhar kepada kantor berita Prancis AFP.
"Beberapa dari gadis itu boleh pulang setelah mendapat perawatan, tapi sekitar lima dari mereka masih di rumahsakit," kata Abdulzai, menuduh ISAF melancarkan serangan itu. Juru bicara ISAF menyatakan pasukan tersebut mengetahui tuduhan tersebut, tapi tidak memiliki laporan tentang itu.
"Pejabat ISAF mengaji tuduhan itu," kata juru bicara tersebut. Pada pekan lalu, ISAF mengakui bahwa beberapa anak-anak tewas dalam serangan bom pada 8 Februari di propinsi timurlaut, Kapisa.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk serangan udara itu dan memerintahkan penyelidikan setelah mengatakan bahwa delapan anak-anak tewas. Laporan terkini itu muncul di tengah kerusuhan sengit benci Amerika Serikat di Kabul, yang dipicu pembakaran Al-Quran oleh pasukan asing di pangkalan tentara kelolaan Amerika Serikat Bagram di utara ibu kota tersebut.
Ketenaran Karzai rusak akibat kematian warga, Ia berulang kali mendesak pasukan NATO menghentikan pembunuhan atas warga desa.
Pemerintah Afghanistan menyatakan serangan di Kapisa itu, dan serangan udara baru-baru ini di Provinsi Kunar, Afghanistan timur, yang menewaskan tujuh warga, membuat rakyat di kedua propinsi itu menuntut pembatasan gerakan NATO. Tuntutan muncul menjelang penarikan pasukan tempur asing pada akhir 2014.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Februari menyatakan jumlah warga tewas dan luka dalam perang Afghanistan naik dalam lima tahun berturut-turut, dari 2.790 orang pada 2010 menjadi 3.021 pada 2011.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh pejuang, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, tapi kematian warga akibat serangan udara NATO juga naik sembilan persen menjadi 187 korban. Serangan udara adalah penyebab utama kematian rakyat oleh NATO.