REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Lima demonstran Afghanistan ditembak mati ketika berunjuk rasa terkait pembakaran Alquran di pangkalan tentara negara adidaya itu.
"Tiga orang tewas di Kabupaten Shinwar di Provinsi Parwan di utara Kabul, ibu kota Afghanistan," kata juru bicara pemerintah provinsi itu, Roshna Khalid, kepada kantor berita Prancis AFP, Rabu (22/2).
"Unjukrasa itu menjadi kekerasan. Mereka menyerang polisi dengan batu dan dalam bentrok antara polisi dengan pengunjukrasa, tiga orang tewas dan lebih dari 10 lagi cedera," kata Khalid.
Dua orang lain tewas dalam bentrok antara polisi dengan pengunjukrasa di Kabul dan di kota Jalalabad, Afghanistan timur.
Pengunjuk rasa Afghanistan, bersenjata ketapel dan bom bensin mengepung pangkalan terbesar tentara kelolaan Amerika Serikat di Afghanistan pada Selasa (21/2). Mereka marah atas laporan bahwa pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membakar Alquran.
Penjaga di pangkalan udara Bagram, sekitar 60 kilometer utara Kabul, menanggapi dengan menembakkan peluru karet di tengah kerumunan berteriak "Allahu Akbar, Allahu Akbar" dari menara pengawas.
Ratusan orang lain berunjukrasa di ibu kota Afghanistan, dengan pasukan keamanan mengirim bantuan guna mencegah gerakan di negara Islam itu keluar kendali.
Panglima Amerika Serikat di Afghanistan, Jenderal John Allen, minta maaf dan memerintahkan penyelidikan atas laporan bahwa pasukan secara tak layak membuang sejumlah besar sarana agama Islam, termasuk Alquran itu.
"Saya menyampaikan permintaan maaf tulus atas pelanggaran itu, kepada Presiden Afghanistan, pemerintah Republik Islam Afghanistan, dan yang terpenting, kepada yang mulia rakyat Afghanistan," katanya.