Kamis 23 Feb 2012 05:45 WIB

Rusia: Kirghizstan akan Jadi Pangkalan AS untuk Serang Iran

Peta ilustrasi Iran dikelilingi sekutu AS
Peta ilustrasi Iran dikelilingi sekutu AS

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Otoritas Rusia menegaskan, Amerika Serikat kemungkinan besar akan menggunakan pangkalan udaranya di Kirghizstan bagi kemungkinan serangan ke Iran menyangkut program nuklirnya yang dipertikaikan itu.

"Tidak dapat dielakkan bahwa pangkalan ini dapat digunakan dalam kemungkinan konflik dengan Iran," kata juru bicara kementerian luar negeri Alexander Lukashevich kepada waratwan, Rabu (22/2).

"Kami mengharapkan bahwa skenario seperti itu tidak akan diwujudkan," ujarnya.

Presiden Kirghizstan Almazbek Atambayev mengatakan sangat berbahaya bagi negara itu untuk menjadi tuan rumah pangkalan udara militer AS dan mengancam AS agar meninggalkan lokasi itu apabila masa sewanya akan berakhir 2014. Hal itu ditegaskan Atambayev, Desember 2011 lalu.

Pangkalan AS itu, yang terletak di bandara ibu kota Bishkek, kini digunalan sebagai satu tempat penghubung penting koalisi bagi operasi-operasi di Afghanistan.

Lukashevich mengatakan menggunakan pangkalan udara itu sebagai tempat melancarkan serangan ke Iran akan memerlukan perubahan-perubahan atau bukan pelanggaran"pada perjanjian sewa antara Washington dan Bishkek.

"Pernyataan-pernyataan dari Washington yang tidak mengesampingkan satu solusi militer terhadap konflik nuklir Iran telah menimbulkan kekhawatiran serius di wilayah Asia Tengah itu," katanya.

"Kekhawatiran itu tidak saja dihadapi Kirghizstan - di mana perdebatan tentang risiko serangan balasan dari Iran - tetapi juga negara-negara Asia Tengah lainnya," tambahnya.

AS dan sekutu regionalnya Israel tidak pernah mengesampingkan serangan militer terhadap Iran menyangkut program nuklir yang yang kontroversial tetapi Rusia selalu menegaskan konflik itu hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi.

Rusia juga memiliki satu pangkalan militer di Kirghizstan dan lama bersaing dengan Washington untuk merebut pengaruh di negara itu sementara Moskow berusaha mempertahankan kekuasaannya di wilayah daerah bekas Sovyet itu.

sumber : ANTARA/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement