REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak sedang mempertimbangkan pilihan untuk meningkatkan ekspor minyak melalui Turki atau membuka kembali saluran pipa bekas. Menurut Menteri Perencanaan Irak, Rabu (22/2), Opsi ini bakal dilakukan Irak, jika Iran menutup Selat Hormuz yang strategis sebagai ancaman.
Iran telah mengancam pembalasan atas sanksi-sanksi barat Barat atas program nuklirnya, termasuk kemungkinan terganggunya pengiriman melalui Selat Hormuz, sebuah jalur penting untuk pengiriman minyak global. "Komite pemerintah telah dibentuk di Irak dan telah membahas pilihan jika Selat Hormuz ditutup," ungkap Ali Yusuf Al-Shukri, seperti diberitakan AFP.
Sebagian besar minyak Irak diekspor dari terminal di utara Teluk dan melewati Selat itu. Salah satu pilihan adalah meningkatkan ekspor melalui pipa yang berjalan ke Turki satu juta barel per hari (bph), dari angka saat ini 400 sampai 450 ribu bph, katanya.
"Kami juga membahas dengan pihak Lebanon dan Suriah untuk mengaktifkan saluran pipa Baniyas-Tripoli, yang telah ditutup sejak tahun 1990," katanya. Menurutnya, opsi lain yang diajukan ke kabinet Irak adalah membuka kembali saluran pipa bekas ke Arab Saudi, meskipun ide ini belum pernah disinggung dengan Riyadh.