Jumat 24 Feb 2012 06:38 WIB

AS: Tegang dengan Iran, Harga Bensin AS Naik

Rep: Aghia Khumaesi / Red: Ramdhan Muhaimin
Ancaman perang AS melawan Iran (ilustrasi)
Ancaman perang AS melawan Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Para ahli energi AS mengungkapkan meningkatnya ketegangan antara negaranya dengan Iran mengakibatkan kenaikan harga bensin di AS. Kenaikan itu mencapai 30 persen per galon. Mereka memperkirakan kenaikan akan terus terjadi.

"Harga bensin telah meningkat lebih dari 10 persen selama dua bulan terakhir, menyusul kenaikan harga minyak dunia," menurut laporan yang diterbitkan situs CNN, Kamis (23/2).

Menurut laporan itu, beberapa faktor, termasuk gangguan pasokan di sejumlah negara penghasil minyak, telah menyebabkan harga-harga sumber energi naik, dan itu berimbas pada harga produk sampingan minyak seperti, bensin.

"Tapi faktor terbesar di balik kenaikan harga minyak sejauh ini adalah ketakutan bahwa ketegangan dengan Iran, akan mengarah pada perang habis-habisan yang menyebabkan gangguan pada pasokan minyak," Analisis melaporkan.

"Pasar saat ini cukup baik, tetapi jika terus dihantui rasa ketakutan yang signifikan, keadaan bisa lebih buruk," kata Direktur departemen lembaga analisis plat minyak, John Kingston.

Kingston juga mengatakan, ketakutan dikarenakan sekitar 2,2 juta ekspor minyak mentah Iran barel per hari dapat dipotong.

Sejumlah ahli lain berpendapat rasa takut lebih buruk, kemungkinan karena 17 juta barel per hari yang mengalir melalui Selat Hormuz dan seperlima dari total produksi dunia bisa terganggu jika terjadi perang.

Perusahaan Energi Layanan AAA telah melaporkan ketakutan atas penutupan Selat Hormuz adalah alasan terbesar mengapa harga bensin di AS naik paling tinggi pada Januari, bulan pertama 2012.

Kecuali situasi dengan Iran tenang, lanjut dia,  akan terjadi penurunan harga dan masa depan, konsumen mungkin akan lebih baik. Namun, bila itu tidak terjadi, akan terus terjadi kenaikan, bahkan bisa mencapai 35 persen per galon dalam hitungan minggu. 

sumber : presstv
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement