Jumat 24 Feb 2012 14:22 WIB

'Sahabat Suriah' Tuntut Assad Lakukan Gencatan Senjata

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
Demonstrasi rakyat Suriah
Demonstrasi rakyat Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON— Pertemuan negara-negara Arab dan barat pada Jumat (24/2) menuntut Suriah untuk melakukan gencatan senjata. Pertemuan itu juga meminta Suriah meloloskan bantuan dari organisasi kemanusiaan bagi warga sipil yang mengalami penderitaan.

Juru bicara Presiden Tunisia, Adnan Mancer, jelang pertemuan mengatakan negara Afrika Utara akan mengusulkan solusi politik untuk krisis di Suriah. Nantinya, transisi politik akan serupa dengan yang terjadi di Yaman dimana Presiden Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri dan digantikan wakilnya. Liga Arab siap membuat seruan serupa terhadap Assad. Rancangan itu juga akan mengakui Dewan Nasional Suriah sebagai wakil sah dari Suriah untuk melaksanakan demokrasi.

Para  menteri luar negeri dari 70 negara termasuk AS, Turki, negara-negara Uni Eropa dan Arab akan menghadiri pertemuan yang dinamakan kelompok 'Sahabat Suriah' di Tunisia.  Rusia dan Cina menyatakan tidak akan hadir. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei  mengatakan Cina tidak siap untuk menghadiri konferensi tersebut karena belum memiliki persiapan untuk mempelajari tujuan, efek dan mekanisme konferensi. Namun Hong menegaskan China adalah teman dari bangsa Suriah dan Arab.

Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe mengatakan Prancis tidak dapat bertindak tanpa dukungan Dewan Keamanan. "Prioritas kami adalah untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan," katanya di London. Juppe juga meminta dukungan masyarakat internasional untuk memberikan tekanan kepada rezim meskipun tak dapat melakukan intervensi di Suriah.

Sementara Menlu AS Hillary Clinton mengatakan pada Kamis (23/2), pihak oposisi akan terus melawan dan mempersenjatai diri mereka jika jalan diplomasi gagal mengatasi krisis. “Akan ada cara kekuatan oposisi meningkatkan kemampuan mereka mempertahankan diri dan mulai melakukan tindakan ofensif,”katanya.

Namun, upaya ini terhalang oleh veto resolusi Dewan Keamanan PBB oleh Rusia dan Cina. Namun demikian, para delegasi kini focus pada cara memasukkan obat-obatan dan makanan kepada warga sipil dan mengobati korban pertempuran.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement