REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Ratusan warga Afghanistan ikut mengambil bagian dalam aksi-aksi protes anti-AS di empat provinsi yang berbeda pada Sabtu (25/2), kata pihak berwenang, pada hari kelima demonstrasi pembakaran Al Quran yang menewaskan 24 orang.
Unjuk rasa berlangsung di timur Provinsi Logar dan Nangarhar, serta provinsi tengah Sari Pul, kata sumber-sumber pemerintah dan polisi setempat. Mereka menambahkan bahwa pertemuan-pertemuan itu sejauh ini sebagian besar berlangsung damai.
Tetapi seorang demonstran di Mihtarlam, di Provinsi Laghman timurlaut, bernama Abdullah, yang ada di kerumunan massa "sekitar 2.000 orang " mengatakan: "unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan dan mereka melemparkan batu ke istana gubernur.
"Senjata-senjata ditembakkan oleh pasukan keamanan." Tidak ada pejabat setempat yang segera bisa dihubungi untuk mengkonfirmasi kejadian itu.
Di Sari Pul, demonstran Mohammad Sadiq mengatakan "sekitar 5.000" orang berkumpul di masjid Pul-e-Khishti. "Mereka mengutuk pembakaran Kitab Suci Al Quran," katanya, "Tapi ini bukan kekerasan, belum." katanya.
Pihak berwenang tidak segera bisa memastikan jumlah demonstran.
Di Logar, sumber polisi mengatakan: "Sekitar 200 orang, sebagian besar mahasiswa universitas telah turun ke jalan di Kabupaten Muhammad Agha. "Mereka telah menutup jalan raya Kabul-Logar, dan meneriakkan "Mati Amerika" dan "Mati Karzai."
Hari itu adalah hari kelima protes anti-AS di Afghanistan terkait pembakaran Kitab Suci Al Quran di pangkalan udara AS di Bagram, dekat Kabul. Aksi itu menyebabkan 24 orang tewas pada Jumat, kata hitungan AFP.
Pembakaran Al Quran kian membakar sentimen anti-Barat yang sudah membara atas pelanggaran oleh pasukan asing pimpinan Amerika. Sebelum itu penayangan video terakhir yang menunjukkan Marinir AS mengencingi mayat beberapa warga Afghanistan yang tewas juga telah menuai kutukan keras.
Pemerintah Presiden Hamid Karzai dan pimpinan misi NATO di Afghanistan telah meminta semua pihak tenang dan menahan diri. Mereka juga diliputi kecamasan gerilyawan Taliban berusaha untuk mengeksploitasi reaksi gelombang anti-Amerika itu.
Situasi sekitar kejadian pembakaran Al Quran hingga kini masih diselidiki. Namun para pejabat AS mengatakan kepada AFP, pihak militer melenyapkan kitab suci itu dari penjara Bagram karena para narapidana diduga menggunakan kitab itu untuk menyampaikan pesan.