REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Abdrabuh Mansur Hadi berikrar akan terus memerangi Al Qaida di Yaman. Pernyataan itu disampaikan Hadi ketika dilantik, Sabtu (25/2) di Sanaa sebagai presiden baru yang pertama sejak tahun 1978 setelah setahun konflik dan pertumpahan darah.
Orang kuat Ali Abdullah Saleh, yang tiba kembali dari perawatan medis di Amerika Serikat beberapa jam sebelumnya, secara resmi akan menyerahkan kekuasaan dalam satu upacara di istana presiden, Senin.
Penyerahan kekuasaan itu merampungkan satu perjanjian peralihan kekuasaan, di mana Saleh setuju mengundurkan diri dengan imbalan bagi satu perjanjian imunitas dari tuntutan atas tewasnya ratusan orang dalam 10 bulan protes terhadap pemerintahnya.
Pemberontakan itu memecah belah pasukan keamanan, satu kelompok menguasai kota Sanaa dan kelompok lainnya menguasai kota Taez dan memicu kehilangan kendali pemerintah pusat yang para pendukung Al Qaida memanfaatkannya untuk merebut daerah-daerah luas di selatan dan timur.
Hadi berjanji dia tidak akan berhenti berperang untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai para gerilyawan, di satu negara yang merupakan sekutu penting dalam perang AS terhadap teror sebelum protes-protes yang diilhami pemberontakan Arab ( rab Spring) terhadap Saleh yang memicu Washington mulai menjaga jaraknya.
"Adalah tugas patriotik dan agama untuk terus memerangi Al Qaida," kata presiden baru itu.