REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemimpin Ikhwanul Muslimin Jordania mengkritik sikap Presiden Amerika Serikat yang hanya mengucapkan permintaan maaf atas penistaan terhadap kesucian al-Quran yang dilakukan tentaranya di Afghanistan, dan menuntut agar pelaku aksi keji itu diserahkan ke pengadilan pidana internasional.
Mehr News (25/2) melaporkan, Syeikh Hammam Said mengatakan, "Para pelaku penistaan terhadap al-Quran di pangkalan militer di Afghanistan, harus diserahkan ke pengadilan pidana internasional."
Ditambahkannya bahwa aksi penistaan tersebut merupakan lanjutan dari perang-perang salib terhadap umat Islam dan pemerintah Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas aksi keji personil militernya di hadapan umat Islam dan kitab suci mereka."
Hammam menekankan, "Permintaan maaf dingin Barack Obama tidak berguna dan satu-satunya solusi adalah penyerahan para pelaku aksi itu kepada pengadilan pidana internasional atau menjatuhkan hukuman berat bagi mereka."
Selain itu, pemimpin Ikhwanul Muslimin Yordania mengatakan, "Amerika Serikat harus segera meninggalkan Afghanistan dan menghentikan penjajahannya, dan mengingat aksi penistaan tersebut, tidak ada masa depan cerah yang menanti militer Amerika Serikat di Afghanistan."
Seraya memperingatkan soal boikot produk Amerika Serikat atas aksi penistaan tersebut, Syeikh Hammam mengatakan, "Amerika Serikat harus benar-benar menganggap serius masalah ini agar tidak menyepelekan umat Islam."