REPUBLIKA.CO.ID, Meroketnya harga minyak dunia membayang-bayangi pelaksanaan sidang G-20 di Mexico City.
Reuters melaporkan, harga minyak dalam beberapa pekan terakhir terus menanjak akibat eskalasi tensi antara Iran dan Amerika Serikat dan salah satu cara mengatasi instabilitas harga minyak ini adalah dengan menggunakan simpanan minyak strategis dari setiap negara.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Timothy Geithner sebelum pelaksaan sidang G20 mengkonfirmasikan rencana Washington untuk mengajak negara-negara anggota bersama-sama menggunakan simpanan minyak strategis mereka. Akan tetapi berdasarkan laporan terbaru, Amerika Serikat mengurungkan niatnya itu.
Negara-negara industri dan berkembang menggunakan simpanan minyak strategis mereka sebagai perisai di masa-masa krisis pasar.
Seorang diplomat yang hadir dalam sidang G20 dan menolak namanya dipublikasikan mengatakan, "Sabtu (25/2) para menteri ekonomi negara-negara anggota membicarakan dampak negatif dari peningkatan harga minyak mentah terhadap masing-masing negara, sementara harga per barel minyak mentah di pasar global pada Jumat (24/2) telah melampaui angka 125 dolar."
Ditambahkannya bahwa dalam deklarasi akhir sidang G20 yang hingga kini sedang dibahas disebutkan bahwa tingginya harga minyak akan mengancam perekonomian dunia. Di bagian lain deklarasi itu disebutkan bahwa meski ada tanda-tanda positif dalam perekonomian global, akan tetapi indikasi tersebut sirna jika peningkatan harga minyak terus berlanjut.
Negara-negara industri termasuk Amerika Serikat dan Eropa yang hingga kini belum mampu menyelesaikan krisis ekonomi yang melanda dalam beberapa tahun terakhir, kini harus menghadapi beban tambahan akibat kenaikan harga minyak.