Senin 27 Feb 2012 09:26 WIB

74 Peternakan di Inggris Diserang Virus 'Misterius' Baru

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Satu virus baru yang menyerang ternak dan dinamakan Schmallenberg telah diidentifikasi di 74 peternakan di daerah England, Inggris.

Virus Schmallenberg, yang mengakibatkan penyimpangan kelahiran dan keguguran pada ternak, berasal dari penyakit hewan yang baru muncul yang pertama kali ditemukan di beberapa negara Eropa Barat seperti Jerman dan Belanda pada semester kedua 2011. Virus itu diberi nama dari nama kota kecil Jerman, Schmallenberg.

Menurut hasil pemeriksaan paling akhir oleh British Animal Health and Veterinary Laboratories Agency (AHVLA), dari 74 peternakan yang tertular, lima kasus positif telah didiagnosis pada lembu, 69 domba, dan sejauh ini belum ada spesies lain yang terserang virus itu.

Sejauh ini, tak satu pun peternakan yang tertular telah melaporkan mereka mengimpor ternak selama 2011 dari daerah tertular di daratan utara Eropa, kata AHVLA sebagaimana dikutip Xinhua, Senin (27/2).

Virus tersebut diduga disebarkan oleh agas, nyamuk dan kutu. Para ahli mengatakan risiko kesehatan pada manusia oleh virus itu tak perlu dikhawatirkan.

Para ahli juga mengatakan masa penyebaran virus Schmallenberg tersebut singkat dan penularan virus tersebut sangat mungkin terjadi oleh banyak vektor seperti nyamuk atau gigitan agas. Dan ada kesamaan jelas dalam pola penyebaran bluetongue virus.

Gejala penyakit itu meliputi berkurangnya produk susu dan diare, serta keguguran saat hewan memasuki hamil tua dan kelainan bentuk saat domba, kambing dan lembu dilahirkan.

Pada awal 2012, kasus pertama dicurigai muncul di bagian selatan dan timur Inggris. Dalam kasus awal itu, penyakit tersebut didiagnosis setelah pemeriksaan pada domba yang cacat, kata Veterinary Laboratories Agency of Britain.

Karena itu adalah virus yang baru diidentifikasi, masih ada berbagai aspek penyakit tersebut yang masih belum diketahui pada tahap ini, sampai penelitian lebih lanjut dilakukan, kata badan negara itu.

sumber : ANTARA/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement