REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN — Koordinator Global March to Jerusalem (GMJ) Indonesia, Ahmad Zainuddin menegaskan, aksi kolosal menembus Yerusalem untuk memberikan dukungan bagi kemerdekaan bangsa Palestina harus berjalan tertib dan damai. Maklum aksi yang akan digelar 30 Maret mendatang itu melibatkan jutaan orang dari beragam kalangan baik, ormas, LSM, maupun individu lintas Negara dan lintas agama dari 20 negara Asia, Eropa, juga Afrika.
“Aksi ini adalah aksi kemanusiaan. Karena itu Panitia Internasional maupun panitia lokal di negara-negara anggota GMJ harus dapat menjaga unsur tertib dan damai dalam setiap aksi yan dilakukan,” tandas Ahmad Zainuddin sebagaimana rilis yang diterima Republika, Senin (27/2).
Zainuddin juga mengatakan hal tersebut dalam pidatonya di hadapan peserta International Commitees Conferences of GMJ di Amman, Jordania, Sabtu (25/2).
Menanggapi usulan tersebut, anggota eksekutif GMJ Pusat Zaher Birawi menjelaskan, pihak panitia akan berusaha semaksimal mungkin menjaga kedamaian aksi dan menghindari situasi kekerasan yang mungkin saja terjadi.
Aksi jutaan manusia menembus Yerusalem sedang dimatangkan. Selama dua hari, 26-27 Februari, puluhan delegasi Global March to Jerusalem (GMJ) dari berbagai negara mengkaji beragam langkah untuk mensukseskan agenda. Dalam acara itu Panitia Pusat mengkaji laporan lebih dari 20 negara anggota dan menguraikan langkah-langkah teknis pelaksanaan GMJ, 30 Maret 2012 mendatang.
Dalam pertemuan itu, GMJ Indonesia diwakili oleh Ahmad Zainuddin selaku Koordinator GMJ Indonesia, dan M Lili Nur Aulia, Koordinator Humas GMJ Indonesia.
Dalam pertemuan teknis (technical meeting) selama dua hari tersebut dibahas beragam tema mulai dari pendanaan aksi, penanganan kebutuhan peserta selama aksi, road map GMJ, titik-titik pertemuan para delegasi dari berbagai negara di Jordania, hingga masalah teknis seperti akomodasi peserta, dan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi pada hari H, 30 Maret.
Konvoi Darat
Salah satu tema krusial yang menjadi pembahasan adalah soal konvoi darat, yang rencananya akan dilakukan sejumlah negara Asia dan Afrika untuk kemudian bertemu di Jordania. Krisis politik dan keamanan yang terjadi di bebeapa negara seperti Irak dan juga Suriah, menyebabkan sejumlah peserta memandang konvoi darat agak sulit dilakukan.
Mengenai hal ini GMJ Indonesia menyarankan hendaknya agenda konvoi darat itu dijadikan aksi lokal di setiap negara. “Selain lebih menjamin keamanan karena kondisi beberapa negara yang masih berbahaya, juga hal ini akan lebih mengurangi biaya yang harus dikeluarkan,” usulnya di hadapan para peserta.
Panitia Pusat GMJ masih terus mengajak berbagai tokoh internasional yang mendukung agenda GMJ. “Tidak semua yang mendukung pasti ikut dalam aksi ini, tapi setidaknya mereka memberi dukungan moral dan lainnya bagi para peserta yang akan menggelar konvoi menuju Jerussalem,” jelas Zaher Birawi, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Humas GMJ International.
Karenanya Zaher Birawi berharap, para peserta terus bekerja memperluas jaringan komunikasi dan koordinasi ke berbagai pihak. “GMJ merupakan agenda milik semua orang, lintas agama, paham agama, pemikiran, Negara, dan siapa pun yang memiliki perhatian terhadap pembelaan HAM,” jelasnya.