REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Perdana Menteri Qatar menyerukan masyarakat internasional supaya mendukung kelompok pemberontak Suriah melawan pemerintah Damaskus dengan senjata.
Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani Senin (27/2) mengatakan Qatar mendukung pasokan senjata kepada pemberontak Suriah, dan mendesak negara-negara Arab menyediakan tempat yang aman bagi mereka. "Saya pikir kita harus melakukan apapun yang mereka diperlukan, termasuk memasok senjata," kata perdana menteri dalam kunjungan ke Norwegia.
Arab Saudi juga mendukung ide mempersenjatai pemberontak Suriah. Perdana menteri Qatar mengkritik Dewan Keamanan PBB karena dianggap gagal menekan pemerintah Suriah melalui resolusi anti-Damaskus yang dijegal Cina dan Rusia.
"Kami percaya orang-orang Arab mampu melakukan itu," tegasnya. Emir Qatar Sheikh Khalifa bin Hamad Al Thani yang berkuasa setelah kudeta yang didukung AS terhadap ayahnya pada tahun 1995 telah berulang kali menyerukan intervensi militer di Suriah.
Dilaporkan, Qatar membangun kekuatan anti-Suriah dengan membentuk barisan tentara bayaran yang berbasis di Turki untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Sejumlah sumber Yordania mengkonfirmasikan kerjasama Qatar dan Kelompok 14 Maret Lebanon dalam menyelundupkan 50 ton senjata produksi Israel ke Kurdistan Irak, untuk direlokasi ke Suriah dengan kerjasama Turki.
Senjata selundupan itu akan dibagikan kepada kelompok-kelompok pemberontak anti-pemerintahan Presiden Suriah Bashsar al-Assad. Nilai senjata selundupan tersebut mencapai $650 juta dan dibeli oleh pemerintah Qatar dari perusahaan industri militer Israel Rafael.
Paket senjata itu mencakup mortir, ranjau anti-tank, senapan penembak jitu, rompi anti-peluru, perlengkapan komunikasi, dan amunisi untuk senjata-senjata tersebut.