Kamis 01 Mar 2012 16:12 WIB

Israel Berulah lagi, Serbu dan Jarah Stasiun Televisi Palestina

Rep: Lingga Permesti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sejumlah pejabat Palestina mengunjungi kantor al-Watan usai penyerbuan oleh tentara Israel
Foto: occupiedpalestine.wordpress.com
Sejumlah pejabat Palestina mengunjungi kantor al-Watan usai penyerbuan oleh tentara Israel

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Pasukan Israel menggerebek dua stasiun televisi swasta Palestina di Tepi Barat, Rabu (29/2). Mereka menyita pemancar dan peralatan televisi lainnya.

Dua stasiun televisi tersebut adalah Watan, sebuah stasiun swasta lokal, dan Televisi Pendidikan Quds. "Mereka datang pukul 2 pagi  dan mengambil 30 komputer dan semua pemancar. Stasiun ini benar-benar ditutup," kata kepala editor, Ali Daraghmeh.

Direktur Al-Watan, Moammar Orabi mengatakan sekitar 30 tentara telah memasuki stasiun sebelum fajar. Orabi kepada kantor berita menjelaskan, seorang perwira Israel yang ikut dalam penyerangan itu mengatakan kepadanya agar menyampaikan salam kepada Khader Adnan.

Khader Adnan adalah seorang tahanan Palestina yang melancarkan aksi mogok makan selama lebih dari dua bulan, untuk memprotes penahanan dirinya. Penahanan terhadap Adnan tersebut dinilai tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

Sementara Direktur Televisi Pendidikan Quds Haroun, Abu Arra, mengatakan tentara menyerbu stasiun televisinya tak lama sesudahnya. "Pukul 3.00 pagi, tentara Israel memasuki kantor stasiun televisi dan mengambil semua pemancar, dan stasiun sekarang tidak dapat menyiarkan apapun,” katanya.

Militer Israel mengatakan bahwa Televisi Watan adalah stasiun yang mengganggu frekuensi hukum penyiaran dan komunikasi pesawat.  Militer juga mengkonfirmasi serangan kedua di televisi Pendidikan Quds, tapi tidak memberi perincian lebih lanjut.

Atas serangan tersebut, para pejabat Palestina mengecam agresi tersebut dan menyebut penggerebekan itu sebagai pemberangusan terhadap kebebasan media. Perdana menteri Palestina, Salam Fayyad, mengunjungi al-Watan pada Rabu dan mengatakan serangan itu telah merusak pemerintahannya. "Ini adalah agresi yang jelas terhadap apa yang tersisa dari Otoritas Palestina," kata Fayyad, mendesak mediator internasional untuk memaksa Israel untuk menghentikan serangan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement