Ahad 04 Mar 2012 13:54 WIB

Ikhwanul Muslimin Libya Dirikan Partai

Ikhwanul Muslimin Libya
Ikhwanul Muslimin Libya

REPUBLIKA.CO.ID, Kelompok Islam dan independen Libya, Sabtu (3/3) membentuk partai politik baru dan seorang anggota Ikhwanul Muslimin negara itu dipilih sebagai pemimpinnya. Dia adalah seorang tahanan politik di bawah rezim diktator Muammar Qaddafi.

Mohammed Sawan, yang dipenjara selama delapan tahun di bawah rezim Gaddafi dan dilarang berpolitik, terpilih sebagai ketua Partai Keadilan dan Pembangunan Libya setelah konferensi tiga hari di Tripoli.

"Perasaan saya sekarang campur aduk. Saya ditahan di bawah rezim Gaddafi karena usaha saya untuk mendirikan sebuah partai politik, dan saya berterima kasih kepada orang-orang di sini yang telah memberikan kepercayaan mereka pada saya," kata Sawan seperti dilansir AFP pada Ahad (4/3).

Pertemuan Tripoli dihadiri oleh ratusan orang yang antusias untuk ambil bagian dalam peluncuran partai baru. Mereka mendiskusikan berbagai isu, termasuk nama partai dan keputusan diambil dengan pemungutan suara. Sawan memperoleh dukungan 51 persen dari mereka yang hadir dalam pemungutan suara putaran kedua.

Anggaran Dasar Partai masih dalam pembahasan oleh badan terpilih, tetapi Ikhwanul Muslimin dan kelompok Islam dan independen telah mengadakan konferensi dengan tujuan bersama membentuk partai nasional dengan bingkai Islam.

"Kami bertujuan untuk keragaman dan negara hukum, di mana perbedaan pendapat dihormati," kata Sawan, kemudian menambahkan bahwa partai melihat Islam sebagai agama yang mengatur semua aspek kehidupan, termasuk politik.

Mungkin belum ada undang-undang yang mengatur pembentukan partai politik di Libya baru, tetapi asosiasi dan koalisi politik terbentuk dengan pesat. Asosiasi politik dalam bentuk apapun dilarang selama beberapa dekade di bawah pemerintahan diktator, yang digulingkan dan dibunuh oleh kelompok revolusi tahun lalu.

Sejak pecahnya kebangkitan Islam di negara-negara Arab, pemilu di wilayah tersebut telah dimenangkan oleh kelompok-kelompok Islam, termasuk di Mesir dan Tunisia. Hasil serupa diharapkan terjadi di Libya dalam pemilu parlemen pada bulan Juni.

Pada bagian lain pernyataannya, Sawan berharap kaum perempuan untuk memainkan peran utama dalam partai baru, karena mereka sudah berperan aktif dalam kelompok masyarakat sipil dan lebih dari 100 perempuan telah membantu menyusun acara tiga hari itu.

"Kami percaya bahwa perempuan dapat berpartisipasi dalam pemilu dan memperoleh semua hak mereka," katanya.

sumber : IRIB
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement