Senin 05 Mar 2012 12:00 WIB

Isu Utama Kampanye Capres Perancis: Muslim dan Imigrasi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Sarkozy
Foto: quicker.fr
Sarkozy

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Isu muslim dan imigrasi tengah menjadi pembicaraan hangat menjelang pemilihan presiden Perancis putaran pertama, 22 April 2012. Presiden Prancis, Nicholas Sarkozy, yang kembali mencalonkan diri merupakan pihak yang paling getol memainkan isu tersebut.

Dalam kampanye dihadapan pendukungnya, Sabtu (1/3) kemarin, Sarkozy bersikeras bahwa Peradaban Perancis harus dijaga. "Tidak ada tempat untuk xenofobia, tidak ada tempat bagi rasisme, tidak pula tempat untuk kolam renang yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan," kata Sarkozy berapi-api, seperti dikutip todayszaman.com, Senin (4/3).

Apa yang dikampanyekan Sarkozy merupakan pengulangan isu pada 2007. Saat itu, ia dengan lantang menyuarakan isu muslim dan imigrasi dengan menjanjikan pembentukan kementerian khusus imigrasi dan identitas nasional. Dia mengatakan isu-isu seperti makanan halal di sekolah atau jam khusus perempuan untuk berenang bertentangan dengan prinsip sekularisme Prancis.

Di lain tempat, kandidat presiden dari Partai Sosialis, Tim Hollande, mengkritik kampanye Sarkozy sebagai hal yang memuakkan. "Sarkozy seolah membuat muslim sebagai kambing hitam. Ia menodai muslim," kata Juru Bicara tim kampanye Hollande, Manuel Valls.

Menurut Valls, Holande telah mengusulkan agar semua orang asing yang menetap di Perancis selama lima tahun ini mendapatkan hak pilih dalam pemilihan lokal. Hal itu ditegaskan kembali oleh Hollande dalam kampanye yang berlangsung di Dijon. "Jangan takut dengan ancaman terhadap kebebasan kita atau kohesi nasional," ujarnya.

Saat ini, jumlah penganut agama Islam di Perancis mencapai tujuh juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, Prancis menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di Eropa. Menyusul kemudian, Jerman sekitar empat juta jiwa, dan Inggris sekitar tiga juta jiwa. Dengan populasi yang kian bertambah, pemerintah Perancis mulai khawatir dengan perkembangan itu. Berbagai kebijakan diskriminasi mulai diberlakukan terhadap komunitas muslim, termasuk larangan bercadar atau jilbab di tempat umuam.

Hal lain yang terjadi, Dewan Muslim Prancis mencatat Kekerasan terhadap umat Islam di Prancis meningkat sebesar 9,33 persen pada 2011. Dalam laporan itu, CFCM mencatat jumlah keluhan yang diajukan mencapai 155 pada tahun 2011. Jumlah keluhan itu meningkat dari tahun 2010 (39 keluhan). Yang memprihatinkan lagi, menurut Dewan, penodaan terhadap makam muslim juga meningkat sebesar 34 persen. Hal yang sama terjadi pada serangan terhadap masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement