Senin 05 Mar 2012 14:48 WIB

Putin Menang Pemilu, Praktik Curang Jadi Amunisi?

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Vladimir Putin memasukkan surat suara ke kotak suara pada Pemilu Rusia 2012
Foto: news.sky.com
Vladimir Putin memasukkan surat suara ke kotak suara pada Pemilu Rusia 2012

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Beberapa hari sebelum pemilihan presiden Rusia, Sergei Smirnov menerima telepon dari seorang pria yang menyebut dirinya Mikhail. Pria tersebut menawarkan kesepakatan agar ia memilih Vladimir Putin sebanyak empat kali. Sebagai gantinya ia akan menerima imbalan sebesar 2.000 rubel atau sekitar 700 ribu rupiah.

Smirnov tidak sendirian. Ahad, (4/3), Puluhan pemuda dan pemudi juga dijanjikan jumlah yang sama. Mereka berkumpul di sebuah restoran cepat saji di pinggiran barat daya kota Moskow, menunggu untuk dibawa ke berbagai TPS di provinsi sekitar ibukota.

Ia akhirnya bertemu dengan Mikhail di stasiun metro Yugo-Zapadnaya Ahad pagi untuk memberinya instruksi terakhir. "Dia mengatakan kita harus memilih Vladimir Putin, memotret surat suara dan mengirimkan foto itu melalui telepon," kata Smirnov.

Smirnov yang berprofesi sebagai wartawan mengatakan ia menemukan kelompok tersebut melalui temannya, beberapa pekan sebelum pemilihan digelar. Ia adalah salah satu dari beberapa aktivis yang menyusup dan mengikuti sekelompok orang yang ia sebut pemilih komidi putar. Sebutan itu berarti sekelompok orang yang memberikan suara di sejumlah TPS dengan menggunakan formulir bagi pemilih yang tidak bisa datang.

Dalam serangkaian rekaman video dan suara, Smirnov mendokumentasikan pemilih yang berada di dalam mobil yang akan menuju ke kota Vnukovo, lalu ke Tolstopaltsevo dan kembali lagi ke Moskow.

Dua orang yang ia tanyai mengatakan bukan kali pertama mereka melakukan kecurangan seperti itu. Mereka telah memberikan suara di enam TPS dan dibayar 5.000 rubel atau sekitar 1,7 juta rupiah.

Sejumlah kritikus mengatakan, praktik seperti ini lazim digunakan sejak 2000 untuk meningkatkan jumlah suara bagi calon presiden. Praktik serupa juga digunakan dalam pemilihan anggota parlemen pada 4 Desember. Dugaan kecurangan ini memicu protes besar-besaran terhadap Putin yang sudah berkuasa selama lebih dari 12 tahun..

Menanggapi berbagai tuduhan kecurangan dan pelanggaran, Putin mengatakan dalam pidato kemenangannya bahwa ia menang dalam pertarungan terbuka dan jujur.

Anggota parlemen Ilya Ponomarev mengatakan pada Ahad sore ia menerima puluhan kasus dugaan kecurangan, termasuk kelompok komidi putar. Dia mengatakan sistem pemilihan Rusia dibangun di atas budaya kecurangan.

"Sistem yang dilakukan Putin mengharuskan pejabat di provinsi tunduk pada partai yang berkuasa. Jika mereka tidak menurut, mereka dapat kehilangan pekerjaannya," ujar Ponomarev.

sumber : ap/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement