REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Sanksi Internasional dari Barat terhadap Iran sudah dikeluarkan, meski akan dilakukan pada beberapa bulan ke depan. Namun, dampak dari sanksi tersebut kian menunjukkan geliatnya.
Salah satu contoh yang paling nyata adalah kembali naiknya harga minyak di pasar global. Harga minyak mentah Brent, misalnya, meningkat sekitar 83 persen menjadi lebih dari USD124 per barel.
Kenaikan harga ini terjadi pada Senin (5/3). Hal ini diduga karena Presiden AS, Barack Obama akan membahas sanksi Iran dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berakibat mempertinggi ketidakpastian atas masa depan ekspor minyak Iran.
Minyak mentah Brent untuk April, naik 83 persen, hingga mencapai USD124.48. Sementara minyak mentah AS, untuk April hanya berkisar USD106.65. Sebelum kenaikan itu, minyak AS telah diperdagangkan setinggi 107,29 per barel.
"Faktor risiko geopolitik yang membuat harga menurun," kata Michael Hewson, analis pasar senior di CMC, seperti dilaporkan Press tv.
Para Analis percaya bahwa perlambatan dan penurunan harga minyak mungkin terjadi dalam pertumbuhan ekonomi Cina, yang akan mengurangi beberapa tekanan pada pasokan minyak.
Cina memotong target pertumbuhan 2012 ke posisi terendah, dalam delapan tahun terakhir sebesar 7,5 persen, sehingga menyebabkan jatuhnya saham Asia dan memunculkan pertanyaan atas permintaan minyak.
"Ini akan membawa kejutan geopolitik dengan harga minyak yang di atas USD125, mengalami penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi, hingga mencapai USD105," tambah Hewson.