Selasa 06 Mar 2012 07:45 WIB

Netanyahu: Israel Harus Diberi Hak untuk Membela Diri

PM Israel Benyamin Netanyahu
PM Israel Benyamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Sikap keras kepala kembali ditunjukkan Israel. Dalam kunjungannya ke di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan negaranya harus diberi hak untuk mempertahankan dirinya "dari setiap ancaman".

Ia bahkan secara tegas mengatakan bahwa negara Yahudi tersebut harus menjadi "tuan bagi nasibnya sendiri". "Israel harus memiliki kemampuan untuk selalu mempertahankan diri, terhadap setiap ancaman, dan ketika itu mengancam keamanan Israel, Israel memiliki hak --hak kedaulatan untuk mengambil keputusannya sendiri," katanya, Senin (5/3).

"Israel harus diberi hak untuk mempertahankan dirinya," kata Netanyahu sebagaimana dilaporkan Xinhua. "Selain itu, itu lah tujuan sesungguhnya negara Yahudi: untuk memulihkan kendali rakyat Yahudi atas takdir kami," katanya menambahkan.

Ia menambahkan tanggung jawab tertinggi sebagai perdana menteri Israel ialah menjamin bahwa negara Yahudi "tetap menjadi tuan atas nasibnya".

Perdana Menteri Israel tersebut Senin bertemu dengan Presiden AS Barack Obama dalam pertemuan kesembilan dan paling penting di antara kedua pemimpin itu.

"Ini adalah salah satu pertemuan paling penting yang pernah dilakukan seorang perdana menteri Israel di Washington, sebab ini akan menentukan apakah Israel akan menggunakan kekuatan, atau tidak, terhadap Iran," kata Prof. Eytan Gilboa dari Bar-Ilan University kepada Xinhua sebelum pertemuan tersebut.

"Apa yang diingini Obama adalah komitmen dari Israel untuk tidak menggunakan kekuatan, setidaknya sampai setelah pemilihan presiden AS pada November. Yang Israel ingini dari Amerika Serikat ialah negara adidaya itu memenuhi komitmennya untuk mencegah Iran menjadi negara nuklir," ia menambahkan.

Obama, Ahad (4/3) juga bertemu dengan timpalannya dari Israel Shimon Peres, pada malam menjelang pembicaraan dengan Netanyahu --yang dipusatkan pada masalah Iran, kata seorang pejabat AS pekan lalu.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement