Selasa 06 Mar 2012 12:44 WIB

Usai Kemenangan Putin, Rusia Ciduk 500 Demonstran Anti-Putin

Demonstrasi Anti-Putin
Foto: Time
Demonstrasi Anti-Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Polisi Rusia, Senin menahan lebih dari 500 orang yang melancarkan protes menentang kemenangan Vladimir Putin dalam pemilihan presiden. Opisisi mengecam hasil pemilu tidak sah dan para pemantau internasional menuduh ada kecurangan.

Polisi mengatakan mereka menahan 250 orang di Moskow dan 300 orang di Saint Petersburg Senin setelah membubarkan unjuk rasa yang menuduh pemilihan pada hari sebelumnya curang. Sekitar 20.000 pemrotes anti-Putin berkumpul di Taman Pushkin, Moskow tengah meneriakkan yel-yel "Rusia Ya! Putin Tidak!". Sebagian besar unjuk rasa itu berlangsung tenang tetapi polisi datang untuk membubarkan ratusan orang yang menolak meninggalkan taman itu.

Dalam suasana kalut, mereka menangkap puluhan dan dimasukkan ke mobil-mobil polisi yang menunggu dekat loksi itu, kata seorang koresponden AFP. Di antara mereka yang ditangkap itu adalah tokoh anti-korupsi Rusia, Alexei Navalny, yang dianggap beberapa kalangan sebagai kemungkinan pesaing Putin di masa depan, dan dua lain pemimpin oposisi, Sergei Udaltsov dan Ilya Yashin.

"Pengunjuk rasa tenang, tetapi di beberapa tempat polisi menendang,mengoyak pakaian mereka," kata Yashin kepada stasiun televisi independen Dozhd dari kendaraan polisi melalui telepon. Polisi Moskow juga menangkap puluhan pemrotes di satu kejadian dekat kantor komisi pemilihan pusat, termasuk pemimpin kelompok oposisi radikal Other Russia, Eduard Limonov.

Seorang wartawan AFP melihat tindakan polisi yang sama di Saint Petersburg, kampung halaman Putin. Satu petugas polisi lokal yang dikutip kantor-kantor berita Rusia mengatakan sekitar 300 orang ditangkap.

Protes-protes itu dilakukan setelah hasil resmi menunjukkan Putin meraih kemenangan kurang dari 64 persen dalam pemilihan presiden Ahad (4/3). Ia kembali menduduki kursi Kremlin di mana dia pernah ia kuasai selama dua masa jabatan tahun 2000-2008 sebelum menjadi perdana menteri.

Penantangnya Gennady Zyuganov, ketua Partai Komunis menolak mengakui hasil-hasil itu setelah meraih 17 persen suara sementara konglomerat Mikhail Prokhorov menduduki tempat ketiga. Para pemantau Internasional yang dipimpin oleh Organisasi untuk Keamanan dan kerjasama di Eropa mengatakan kampanye cenderung menguntungkan Putin disamping ketidakberesan dalam penghitungan suara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement