REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Lawatan Menteri Pertahanan Lebanon, Fayez Ghosn, ke Iran pekan kemarin membuat khawatir petinggi AS dan Perancis. Di Beirut, Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) dan Perancis untuk Lebanon melontarkan pernyataan kemarahan atas kunjungan dan kembali eratnya hubungan Lebanon dan Iran.
Koran Lebanon, al-Safir dalam pemberitaannya, Selasa (6/3) membahas lawatan Menteri Pertahanan Ghosn ke Iran dan bertemu dengan petinggi Teheran. "Lawatan ini membangkitkan kemarahan Duta Besar AS, Maura Connelly dan Dubes Perancis untuk Lebanon, Denis Pieton," tulis al-Safir yang dilansir Irib, Rabu, (7/3).
Koran Lebanon ini juga mengisyaratkan sumber berita yang bias oleh media milik gerakan al-Mustaqbal dari pimpinan Saad Hariri. Dalam pemberitaan itu, penisbatan pidato Ghosn terkait keamanan Lebanon tergantung pada keamanan Iran. "Ini berita palsu dan telah membakar kemarahan kedua duta besar AS dan Perancis," tambah koran al-Safir.
Menurut sumber koran ini, AS kembali kebingungan terkait kerja samanya dengan berbagai negara di teluk. AS juga kebingungan pada sejumlah negara Arab, seperti Uni Emirat Arab yang setiap tahunnya memiliki kerja sama perdagangan dengan Iran senilai 60 miliar dolar. Sementara itu, Lebanon sepertinya belum mau tunduk pada perintah Washington untuk tidak meningkatkan hubungannya dengan Iran.
Di sisi lain, elite politik dan militer AS pascalawatan Ghosn ke Iran mulai dilanda kekhawatiran besar. Ini terbukti dengan pengiriman delegasi militer yang dipimpin Komandan pasukan khusus AS, Kenneth Tovo ke Lebanon untuk melobi petinggi militer Beirut. Tovo bertemu dengan Panglima Militer Lebanon, Jean Kahwaji.
Hadir dalam pertemuan tersebut Duta Besar AS untuk Lebanon, Maura Connelly. Kedua pihak membicarakan hubungan bilateral militer. Hubungan Lebanon AS sempat erat, sebagai upaya AS untuk menjaga Israel sebagai negara sekutu setia AS di Timur Tengah.