Rabu 07 Mar 2012 17:37 WIB

250 Ribu Kelelawar Serbu Wilayah Utara Australia

Kelelawar (Ilustrasi)
Kelelawar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KATHERINE -- Sekitar 250 ribu ekor kelelawar menyerbu sebuah kota di bagian utara Australia. Akibat serbuan itu, Pemerintah Australia mengeluarkan peringatan terhadap kemungkinan penyebaran rabies dari binatang malam tersebut.

Pusat Pengendalian Penyakit CDC memperingatkan penduduk di Kota Katherine untuk menjauh dari kelelawar pemakan buah, yang bisa jadi membawa jenis virus rabies Lyssavirus yang berasal dari kelelawar Australia. CDC menjelaskan, penyakit dapat menyebar kepada manusia jika mereka terkena gigitan atau cakar kelelawar.

Tak pelak, otoritas setempat telah menutup lapangan olahraga di kota yang berjarak sekitar 300 km dari Darwin.

Para ahli mengatakan, kedatangan kelelawar yang sangat banyak di wilayah Utara Kota ini hanya terjadi selama dua atau tiga kali dalam satu dekade.

Seperti dilaporkan BBC, koloni kelelawar pemakan buah ini datang di kota tersebut pada akhir bulan lalu. Hanya dalam beberapa hari jumlah hewan itu bertambah.

Penjaga hutan senior Kota Katherine, John Burke berpendapat, kelelawar mungkin tertarik dengan tanaman asli wilayah tersebut, atau datang ke daerah itu karena kehancuran habitat atau perubahan kondisi iklim.

"Dapat dimengerti bahwa di wilayah kota terdapat banyak jenis tanaman eksotis dan berbunga sepanjang tahun," kata Burke. "Jadi ini lebih karena sebuah perlintasan, saya duga, melintas dan membawa pergi."

Di tempat terpisah, Direktur CDC, Dr. Vicki Krause mengungkapkan, air liur kelelawar mengandung virus. Meski manusia yang terkena gigitan kekelawar bisa tewas, tetapi kasus kematian karena gigitan kelelawar jarang ditemui karena vaksin untuk mencegah penyebaran virus dapat diperoleh.

"Bila digigit, orang harus mencuci bagian luka dan mendapatkan pertolongan medis secepatnya. Vaksinasi akan efektif jika diberikan secepatnya," tuntas Dr. Krause.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement