Rabu 07 Mar 2012 21:13 WIB

David Cameron: Israel, Serangan Militer ke Iran tidak Tepat

Perdana Menteri Inggris David Cameron
Perdana Menteri Inggris David Cameron

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Israel kembali diperingatkan untuk tidak melancarkan tindakan militer terhadap Iran. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengeluarkan peringatan itu dan menegaskan tekanan diplomatik masih memiliki efek menghentikan kegiatan nuklir di negara mullah.

"Kami berpendapat tindakan tentara terhadap Iran oleh Israel bukan pendekatan tepat. Kami mengatakan itu secara terbuka dan pribadi kepada warga Israel," kata Cameron kepada panitia parlemen. "Hukuman dan tekanan sudah jalan dan menurut kami, langkah itu perlu dijalankan sekeras dan secepat yang kita bisa untuk membujuk Iran mengubah jalur," katanya.

Negara Barat memberlakukan hukuman ekonomi terhadap Iran dan menawarkan perangsang diplomatik untuk menghentikan yang mereka yakini kegiatan untuk membuat bom nuklir. Teheran bersikeras kegiatan nuklirnya untuk tujuan damai.

Pada sidang kabinet pada Selasa (6/3), penasehat keamanan negara Cameron memberikan paparan satu jam kepada menteri tentang Iran, kata juru bicara Downing Street.Beberapa jam kemudian, di depan anggota parlemen, perdana menteri ditanya apakah ia lebih memilih Iran bersenjata nuklir atau serangan tentara. Cameron menjawab keduanya ialah pilihan sangat buruk.

Namun, menolak mengesampingkan apa pun, pemimpin Inggris itu menegaskan bahwa bergabung dalam langkah militer bukan keputusan yang dibuat sejauh ini. "Kami memiliki kapal penyapu ranjau di Teluk. Kami bagian dari pasukan antarbangsa, yang percaya bahwa penting untuk menjaga alur laut terbuka. Kami bekerja sama dengan sekutu kami. Kami belum membuat keputusan tentang langkah militer," katanya.

Cameron bersikeras bahwa hukuman terhadap Iran bisa berdampak besar. Ia berpendapat "hukuman dan tekanan masih cukup berhasil." Inggris, Prancis, Jerman, China, Rusia dan Amerika Serikat pada Selasa menawarkan melanjutkan pembicaraan, yang macet, dengan Teheran tentang kegiatan nuklirnya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement