Kamis 08 Mar 2012 12:44 WIB

Larangan Baru Pasukan AS di Afghanistan, Pasca-pembakaran Alquran

Rep: Amri Amrullah/ Red: Djibril Muhammad
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.
Foto: AP/Rahmat Gul
Warga Afghanistan menggelarkan aksi demonstrasi anti-Amerika menyusul insiden pembakaran alquran di Kamp Militer Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Usai tragedi pembakaran Alquran, Militer Amerika Serikat (AS) Februari lalu telah memiliki pedoman baru untuk menghormati kitab suci umat Islam ini. Pedoman baru tersebut bertujuan mengajarkan kepada Pasukan AS pentingnya penghormatan budaya lokal yang lebih luas.

Isi pedoman baru tersebut adalah, pasukan AS yang bertugas disarankan untuk tidak menyentuh Alquran secara sembarangan. Tidak pernah menaruh barang di atasnya, dan menjaganya dari lantai serta menjaganya bila akan atau ke luar kamar mandi. Pasukan AS bahkan dilarang mengatakan hal buruk tentang Alquran.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) awal Maret ini telah memberlakukan pedoman baru tersebut. "Pasukan NATO dan AS dilarang keras membuang dan melakukan hal yang tidak terpuji kepada lembaran-lembaran Alquran serta teks Islam bertulisan Arab," tulis dalam Pedoman itu.

Tentara AS dan NATO pun diharapkan menjaga teks berbahasa Arab yang bisa diasumsikan sebagai materi naskah keagamaan Islam. "Mungkin kita menganggapnya masalah sederhana, namun masalah sederhana ini tetap tidak boleh dilakukan. Karena Islam menggaggap penghormatan Alquran penting," ujar perwira senior Korps Marinir AS, Letnan Kolonel George Robinson.

Alquran, jelas Robinson, yang berarti 'Bacaan' dalam bahasa Arab, dianggap Muslim sebagai firman dari Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Namun Antropolog yang bekerja di Departemen Pertahanan AS, Montgomert McFate mengatakan, AS dan NATO seharusnya lebih melakukan pendekatan eksplisit untuk mencegah kembali kecerobohan pasukan di masa depan. Pendekatan budaya harus dilakukan secara komprehensif.

"Alquran sama seperti Alkitab itu dianggap suci, bila Anda dibesarkan dalam tradisi agama yang benar. Sayangnya Pasukan AS tidak memahami cara yang Muslim rasakan terhadap Alquran," ungkap McFate.

Semua pedoman baru ini berdasarkan tragedi yang terus terjadi akibat kesalahan pemahaman pasukan AS terhadap Islam. Pada Februari lalu, pasukan AS di pangkalan militer NATO di Bagram membuang dan membakar Alquran. Tindakan tidak terpuji ini memicu demo besar-besaran dan kerusuhan seluruh negeri. Sekitar 30 jiwa warga Afganistan dan dua tentara AS tewas akibat kerusuhan tersebut.

sumber : latimes.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement