Jumat 09 Mar 2012 09:43 WIB

Krisis Ekonomi Eropa Bikin Tunawisma Inggris Melonjak

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Karta Raharja Ucu
Bak jamur di musim hujan, krisis ekonomi Eropa yang berimbang kepada Inggris, membuat jumlah tunawisma di negara Ratu Elizabeth itu semakin meningkat.
Bak jamur di musim hujan, krisis ekonomi Eropa yang berimbang kepada Inggris, membuat jumlah tunawisma di negara Ratu Elizabeth itu semakin meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --  Tunawisma ternyata tidak hanya bertebaran di negara-negara miskin dan berkembang saja, seperti Indonesia. Ternyata di sejumlah negara maju semisal Inggris pun, tunawisma banyak menjamur. Bahkan, bak jamur di musim hujan, dalam sembilan tahun terakhir jumlah tunawisma di Inggris mengalami peningkatan signifikan, yakni mencapai 14 persen pada 2011.

Menurut data yang dikeluarkan Departemen Masyarakat dan Pemerintah Daerah Inggris, pemerintah daerah mendapatkan data tersebut dari 48.510 rumah tangga pada 2011.

Ironisnya, jumlah persentase tunawisma meningkat 18 persen antara Oktober hingga Desember 2011, dibandingkan triwulan yang sama pada 2010 lalu. Data itu juga menunjukkan, sebanyak 69.460 anak-anak tinggal di rumah khusus bagi tunawisma di Inggris.

Badan amal Inggris percaya, kenaikan tunawisma ini dipicu merosotnya keuangan negara, pengangguran meningkat dan kebijakan ekonomi pemerintah yang menurun.

Krisis keuangan yang melanda Eropa dan berimbang ke Inggris, tidak hanya meningkatkan jumlah tunawisma, tetapi membuat jurang kesenjangan antara si kaya dan si miskin dalam warga Inggris semakin melebar.

"Di tengah tumbuhnya kesuraman ekonomi dan meningkatnya pengangguran. Meningkat juga jumlah keluarga miskin yang tidak punya rumah," kata kepala kepala eksekutif, Campbell Robb seperti dikutip Press TV, Jumat (9/3).

Untuk itu, Robb mendesak pemerintah koalisi untuk mengatasi krisis sekarang dalam sistem perumahan. Pasalnya, jika hal itu tidak dilakukan ribuan keluarga akan kehilangan rumah mereka dan bakal menderita.

Leslie Morphy, kepala eksekutif penanggulangan krisis mengungkapkan, kekhawatiran dirinya pada pemberitaan terkait kasus tersebut. Ia Mengatakan, "Ketakutan terburuk kami yang akan datang adalah bagaimana melewati dan menghadapi badai yang sempurna dari merosotnya perekonomian, meningkatnya pengangguran dan melonjaknya permintaan untuk perumahan terjangkau terbatas."

Morphy melajutkan, "Semuanya dikombinasikan dengan kebijakan pemerintah untuk memotong manfaat perumahan di tambah pemotongan lokal untuk layanan tunawisma."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement