REPUBLIKA.CO.ID, HANOI - Ketika beberapa negara mempertimbangkan untuk mengurangi keberadaan energi nuklir, Vietnam justru terus mendesakkan keberadaan energi dari atom tersebut. Berpidato di konferensi energi nuklir internasional, Kamis (8/3) di Vietnam, deputi Kementrian Ilmu dan Teknologi Vietnam, Le Dinh Tien, menyatakan bahwa nuklir ialah sumber energi penting bagi dunia.
Sikap itu dilontarkan beberapa hari sebelum peringatan setahun gempa dan tsunami Jepang pada 11 Maret 2011 yang melumpuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir, Fukushima. Setelah Fukushima, krisis nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl pada 1986 di Ukraina, negara di dunia kembali mengevaluasi kebijakan energi mereka. Jerman dan Swiss memilih untuk memangkas energi nuklir keseluruhan.
"Pandangan konsisten Vietnam untuk memanfaatkan nuklir demi tujuan perdamaian diusung dengan sikap bertanggung jawab seraya memastikan keamanan dan keselamatan," ujar Tien, di mana kementriannya bertugas mengawasi kebijakan dan manajemen energi nuklir di negaranya.
Pada 2010, Vietnam memilik Rosatom dari Rusia untuk membangun pembangkit nuklir pertamanya di provinsi tengah negara itu, Ninh Thuan. Konstruksi dimulai pada 2014 dan ditargetkan rampung 2020.
Negara itu menargetkan memiliki 10 reaktor hingga 2030. Kemudian 2050, Vietnam berharap menghaslkan energi cukup dari nuklir untuk memasok 20-50 persen kebutuhan energi nasional.
Hingga kini, berdsar Administrasi Informasi Energi, AS, separuh konsumis energi Vietnam disediakan dari minyak, 20 persen dari suplai tenaga uap, 18 persen dari batu bara dan sisanya oleh gas alam.
Alasan Vietnam, menurut deputi direktur jendral Badan Energi Atom Vietnam, Le Doan Phac, keberadaan sumber energi konvensional yang berkurang, termasuk impor mendorong negara itu mengejar kemandirian energi lewat nuklir.
Mengantisipasi kekhawatiran keamanan dan keselamatan, Vietnam memastikan menggunakan informasi dan hasil pemeriksaan dari ledakan Fukushima sebagai landasan membantu pihak berwenang di negaranya untuk mengembangkan program energi nuklir yang tepat bagi.
Namun salah satu ilmuwan Vietnam, Hien Pham Duy, menyatakan rencana nuklir pemerintah sama sekali tak memiliki pemeriksaan ketat dan menyeluruh mengenai risiko masalah yang bisa ditimbulkan energi nuklir, terutama yang kerap timbul di negara maju.