REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Enam negara yang terdiri atas AS, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman menuntut Iran menepati janjinya untuk mengizinkan pengawas nuklir PBB mengunjungi situs nuklir Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyambut baik komentar Presiden AS Barack Obama yang menawarkan pembicaraan diplomatik dengan Iran. Namun, keinginan Washington agar rakyat Iran tunduk kepada AS dinilainya sebagai sebuah khayalan.
Enam negara tersebut menyuarakan keprihatinannya karena belum ada kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Januari dan Februari lalu. Enam negara tersebut menyesalkan kampanye Iran yang akan meningkatkan pengayaan uranium. Pesan tersebut diperkuat oleh Direktur IAEA Yukiya Amano yang menuduh Teheran berusaha membatasi kunjungan inspektur.
Kepala Inspektur Perlindungan IAEA Herman Nackaerts mengatakan ia memiliki informasi gambar satelit yang menunjukkan lokasi pasti fasilitas nuklir Iran. Laporan media Iran pekan ini mengatakan kunjungan IAEA ke Parchin mungkin saja dilakukan, namun Teheran belum dihubungi secara resmi terkait kunjungan tersebut.
Duta IAEA Iran Ali Asghar Soltanieh mengatakan kepada wartawan bahwa kecurigaan terhadap Parchin kekanak-kanakan dan konyol. Menghadapi sanksi internasional, Iran membantah kecurigaan bahwa program nuklirnya ditujukan untuk mengembangkan bom atom.
Namun, Israel melihat kemajuan nuklir Iran sebagai ancaman. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan memberikan sanksi, namun memastikan tidak akan menyerang Iran dalam beberapa pekan ke depan.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengumumkan pada Selasa akan menerima tawaran Iran untuk menghidupkan kembali pembicaraan yang sempat terhenti selama satu tahun. Kepala Perundingan Nuklir Iran Saeed Jalili bulan lalu mengatakan akan melakukan dialog. Namun, waktu dan tempatnya belum ditentukan.
Senin lalu, Obama mengumumkan bahwa pembicaraan diplomasi jauh lebih penting daripada menyerang Iran. Khamenei memuji sikap Obama tersebut. "Kami mendengar bahwa Obama tidak akan menyerang Iran. Kami sangat menghargai ucapan tersebut," katanya, Jumat (9/3).
Sebuah laporan IAEA tahun lalu mengungkapkan adanya pengembangan teknologi yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Salah satu temuan penting adalah adanya informasi bahwa Iran telah membangun fasilitas khusus untuk melakukan pengujian bahan peledak. Hal ini dinilai IAEA sebagai indikator kuat adanya pengembangan senjata nuklir.