REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN — Uni Eropa (UE) berencana memperkuat sanksi terhadap Pemerintahan Suriah. Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt, Sabtu (10/3), mengatakan bahwa UE sedang mengkaji pengetatan sanksi berupa pelarangan penerbangan dan lalu lintas kelautan.
Sementara itu, Uni Eropa melalui Kepala Kebijakan Luar Negeri, Catherine Asthon, telah meminta Rusia dan Cina untuk mendukung resolusi DK PBB. Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan, Rusia tidak akan melindungi rezim mana pun termasuk rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Kami tidak melindungi rezim mana pun, yang Kami lindungi adalah hukum internasional. Kami tidak memiliki kepentingan khusus atau mencari kepentingan atas kondisi geopolitik dalam masalah ini," ujar Sergey Lavrov yang berbicara di hadapan Menteri Luar Negeri Negara-negara Arab di Kairo seperti dikutip AP, Ahad (11/3).
Sebelumnya, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Maroko membahas rancangan resolusi PBB yang disusun AS untuk mengakhiri tindakan kekekerasan di Suriah. Menteri Luar Negeri Prancis, Alain Juppe, pesimis atas kemungkinan resolusi Dewan Keamanan PBB di Suriah. DK PBB dijadwalkan bertemu pada Senin guna membahas Suriah.
Guna mengakhiri kekerasan, utusan khusus gabungan PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan, telah bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad pada Sabtu (10/3). Menurut kantor berita SANA, Annan mendesak sebuah pemecahan politik dan memperingatkan usaha untuk mempersenjatai pasukan pembrontak hanya akan membuat situasinya lebih buruk.
Pada Sabtu, Annan juga bertemu dengan pemimpin oposisi Suriah dan merencanakan pertemuan lagi dengan Presiden Assad pada Ahad. Annan menyatakan harus ada genjatan senjata dan pembebasan semua tahanan. Liga Arab dan PBB, katanya, harus senantiasa berkoordinasi menyelesaikan krisis di negeri itu
Di sisi lain, Assad mendukung usaha untuk mengakhiri pertempuran. Tetapi Assad juga memperingatkan tak akan ada penyelesaian politik selama apa yang disebutnya “teroris” dibiarkan menyebarkan kekacauan di jalan-jalan.
Meski demikian, di saat pertemuan Annan dan Assad, oposisi melaporkan, pasukan Suriah dan tank-tank melancarkan serangan baru terhadap kota-kota Idlib dan Homs. Sedikitnya 29 orang tewas dan ratusan terluka pada Sabtu di Kota Idlib dan desa dekat Binnis.
"Mereka mencoba melakukan apa seperti di Baba Amro," kata pemimpin oposisi Idlib, Ahmad Zidan melalui Skype.
Sebuah video yang diunggah ke Internet Sabtu memperlihatkan asap hitam naik dari Idlib. Sementara gambar-gambar lain memperlihatkan warga sipil dengan sedikit harta benda mereka berusaha menyelamat nyawa mereka. Video lainnya menunjukkan kesudahan dari pertempuran Jumat di Homs, yang memperlihatkan tempat bekas rumah menjadi tumpukan puing.
Arab Saudi dan Qatar, telah menyerukan mempersenjatai pemberontak Suriah. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassim al Thani, menuduh Assad melakukan genosida sistematis terhadap warga sipil Suriah. Mereka juga menyerukan pasukan Arab dan internasional untuk dikirim ke Suriah.
"Kita harus mengirim pesan kepada rezim Suriah bahwa kesabaran dunia dan kesabaran kami sudah habis," katanya.